Friday, December 10, 2010

Halalan Toyyiban

Halalan toyyiban merely means allowed and permissible for consumption with relation to Syariah law as long as they are safe and not harmful. The opposite of halal is haram/ non-halal which means forbidden and prohibited. Any food or drink which lies within the grey area and does not fall clearly under the Halal or non-Halal category is classified as 'Syubhah', alternatively called questionable or dubious. In this category, until the status becomes clear, Muslims should avoid consuming Syubhah food or drinks. The Prophet (peace be upon Him) has given a guideline concerning Syubhah matters. It is reported by Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibn Majah and Darimi,



Which means:

What is Halal is clear. And what is Haram is also clear. And in between those two is a dubious area in which many people do not know about. So whoever distanced himself from it, he has acquitted himself (from blame). And those who fall into it, he has fallen into a state of Haram.

It is obligatory for Muslims to consume halal food and use halal products solely because they do not eat and use consumer goods for the sake of pleasure only but also for performing their duties, responsibilities and mission in this world. The general principle concerning food according to Islamic teachings is that everything is halal except impurity (or mixed with impurity), harmful and intoxicant. Therefore, it is compulsory for Muslims to eat good and healthy food and to avoid all that is forbidden as Allah mentions in the Quran. Further explanation on the principles of halal and haram is extensively elaborated in the book written by the prominent and respected Muslim scholar, Dr. Yusuf al-Qaradawi called 'The Lawful and the Prohibited in Islam'.

The inanimate and animate sources of halal are viewed inconsiderably different by Muslim Jurists (the 4 main Sunni Jurists: Maliki, Hanafi, Hanbali and Shafeii). You will find more information on this issue in the publication called 'Fiqh al-Islami wa adillatuhu (Dimashq, 1989) vol.3, by Al-Zuhayli, Wahbah. In addition, the decisions on the halalness of certain issues are also well expressed in fatwas (Islamic edicts) from either Malaysia or other countries.

Islam has introduced the concept of slaughter, whereby a naturally halal animal would have to be properly slaughtered prior to consumption. The act of slaughtering is to ensure the quality of meat and to avoid any microbial contamination, which basically covers the toyibban part of halalan toyibban. For example, a dead but unslaughtered animal is normally associated with disease. Most disease originated or carried in the animal's blood. Therefore, slaughtering is mandatory to ensure the complete drainage of blood from the animal's body, thus minimizing the chance of microbial infection. This is compatible with the overall concept of cleanliness that is always emphasized in Islam. Apart from ensuring the cleanliness of foodstuffs, Islam prohibits the usage of any materials that are detrimental to spiritual or mental well-being of a person, such as alcoholic drinks, drugs, etc. Since Islam has always encouraged its followers to choose halal, wholesome and clean foods, this awareness is always propagated in the Muslim society. This awareness is strengthened by the widespread knowledge, extolling the virtues of consuming clean and halal food, and its relationship to our daily religious practices.

Besides fulfilling the Syariah law, which is a must for Muslims, the food safety factor plays a significant contributor in determining the toyibban i.e. wholesome (safe, clean, nutritious, quality) aspects of the food. To ensure that these aspects are not taken lightly, Malaysia has defined halal food through its MS1500:2009: Halal Food - Production, Preparation, Handling and Storage -General Guidelines (Second Revision) as food permitted under the Shari'ah law and fulfills the following conditions:


1. Does not contain any parts or products of animals that are non-halal to Muslims or products of animals which are not slaughtered according to Shari'ah law,

2. Does not contain any ingredients that are Najs according to Shari'ah law,

3. Is safe and not harmful

4. Is not prepared, processed or manufactured using equipment that is contaminated with things that are Najs (filth or unclean) according to Shari'ah law,

5. The food or its ingredients do not contain any human parts or its derivatives that are not permitted by Shari'ah law, and

6. And during its preparation, processing, packaging, storage or transportation, the food is physically separated from any other food that does not meet the requirements stated in items 1., 2., 3., 4. or 5. or any other things that have been decreed as Najs (filth or unclean) by Shari'ah law.


This definition clearly demonstrates that product which is harmful, intoxicated and hazardous will not be certified halal under the Malaysian Standard.

Food safety has already become a significant factor in producing food and other consumable products. More than 200 food-borne diseases have been detected and this figure is very alarming if producers and manufacturers are not aware of the rising numbers. Guidelines and requirements on the food safety are developed around the world to accommodate to this issue. Organizations and agencies such as WHO, FAO, USFDA, EU and even Malaysia have different guidelines to ensure that the food safety aspect is the number one priority

Tuesday, October 19, 2010

43 Perkara Ringan Yang Menyekat Rezeki.

Terdapat beberapa perkara yang mempunyai kaitan dengan kesusahan atau secara lebih khusus sebagai penyebab ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mana pada kebiasaannya kita mengambil ringan tentang perkara tersebut. Dalam kitab Al-Barakah fi Fadhl lis Sa’yi Wal Harakah yang disusun oleh Abi Abdillah Muhammad bin Abdul Rahman Al-Habsyi telah diterangkan perkara yang mempunyai hubung kait dengan kesusahan seseorang. 43 perkara tersebut ialah:

tidak sembahyang atau solat;
tidak membaca Bismillah ketika hendak makan;
makan atas pinggan yang terbalik;
memakai kasut atau sandal memulakan sebelah kiri;
menganggap ringan apa-apa yang terjatuh dalam hidangan makanan;
berwuduk di tempat buang air besar atau air kecil;
suka bersandar pada pintu rumah;
suka duduk di atas tangga;
membiasakan diri mencuci tangan di dalam pinggan selepas makan;
membasuh tangan dengan tanah atau bekas tepung;
tidak membersihkan rumah;
membuang sampah atau menyapu dengan kain;
suka membersihkan rumah pada waktu malam;
suka tidur di atas muka;
membakar kulit bawang;
menjahit baju yang sedang dipakai;
mengelap muka dengan baju;
berdiri sambil bercekak pinggang;
tidur tidak memakai baju;
makan sebelum mandi hadas;
tergesa-gesa keluar dari masjid selepas menunaikan solat subuh;
pergi ke pasar sebelum matahari terbit;
lambat pulang dari masjid;
doakan perkara yang tidak baik terhadap ibubapa dan anak-anak;
kebiasaan tidak menutup makan yang dihidangkan;
suka memadam pelita dengan nafas;
membuang kutu kepala dalam keadaan hidup;
membasuh kaki dengan tangan kanan;
membuang air kecil pada air yang mengalir;
memakai seluar sambil berdiri;
memakai serban sambil duduk;
mandi junub di tempat buang air atau tempat najis;
makan dengan menggunakan dua jari;
berjalan di antara kambing;
berjalan di antara dua perempuan;
suka mempermainkan janggut;
suka meletakkan jari jemari tangan pada bahagian lutut;
meletakkan tapak tangan pada hidung;
suka menggigit kuku dengan mulut;
mendedahkan aurat di bawah sinaran matahari dan bulan;
mengadap kiblat ketika membuang air besar atau air kecil;
menguap ketika solat; dan
meludah di tempat buang air besar atau air kecil.
Yang mana satu tabiat anda? Renung-renunglah. Buang yang keruh, ambil yang jernih. Mudah mudahan kita semua dimurahkan rezeki, amin.

Wallahu a’lam

Tips Murah Rezeki Dan Dijauhkan Kesulitan

Pernahkah anda terasa suatu hari yang malang? Pernahkah anda mengalami kesulitan yang tidak berkesudahan?
Adakah anda rasa gaji anda tidak pernah mencukupi? Adakah anda rasa perniagaan anda tidak membuat keuntungan? Adakah anda letih berusaha tetapi tidak pernah berhasil?

Sekiranya anda pernah mengalami salah satu situasi di atas, kisah berikut mungkin sesuai untuk dijadikan tips supaya dimurahkan rezeki dan dijauhkan kesulitan oleh Allah s.w.t.

Abu Yazid Al Busthami, seorang ahli sufi, pada suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya kusam dan berkerut. Dengan murung lelaki itu mengadu,

“Tuan Guru, sepanjang hidup saya, rasanya tak pernah saya tinggal ibadah saya kepada Allah. Sewaktu orang lain sedang tidur, saya masih bermunajat. Isteri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga bukan pemalas yang enggan mencari rezeki. Tetapi mengapa saya selalu malang dan kehidupan saya penuh kesulitan?”

Tuan Guru menjawab sederhana,

“Perbaiki penampilanmu serta ubah air muka dan raut wajahmu. Tahukah kamu, Rasulullah s.a.w adalah seorang yang miskin namun wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sebab menurut Rasulullah s.a.w, salah satu tanda penghuni neraka ialah muka masam yang membuat orang curiga kepadanya.”

Lelaki itu tertunduk. Ia pun berjanji akan memperbaiki penampilannya.

Mulai hari itu, wajahnya senantiasa berseri. Setiap kesedihan diterima dengan sabar, tanpa mengeluh.

Alhamdullilah sesudah itu ia tak pernah datang lagi untuk berkeluh kesah. Keserasiannya juga selalu dijaga. Sikapnya ramah, wajahnya sentiasa mengukir senyum mesra. Air mukanya berseri.

Tidak hairanlah jika Imam Hasan Al Basri berpendapat, tanda-tanda di awal sesuatu pekerjaan yang berhasil adalah air muka yang ramah dan penuh senyuman.

Bahkan Rasulullah s.a.w menegaskan, senyum adalah sedekah paling murah tetapi paling besar pahalanya.

Demikian pula dengan perhubungan suami isteri. Alangkah celakanya rumahtangga jika suami isteri selalu berwajah tegang.

Tidak ada masalah yang dapat diselesaikan dengan mudah melalui kekeruhan dan ketegangan. Sebaliknya dengan hati yang tenang, fikiran yang segar dan wajah yang ceria, insya-Allah segala masalah dapat diatasi.

Inilah yang dinamakan keluarga sakinah, yang di dalamnya penuh dengan cinta dan kasih sayang.

Wallahu a’lam


SUMBER: ABD RAZAK WARI

Monday, October 11, 2010

ZINA AKAN BERTERUSAN WALAU PUN DAH DI IJABKABUL..

BACA UNTUK PENGETAHUAN SENDIRI DAN PEDOMAN SEMUA...HIDUP
SEBAGAI SEORG BERNAMA ISLAM JGN TERUSAN DLM KEJAHILAN.

Sesungguhnya, permasalahan ini berat. Perhatikan soalan 1 - 5.

Perkahwinan seumpama ini Hari ini memang tersangat biasa kerana keluarga biasanya memilih jalan ini untuk menutup malu.
Bila dapat tahu anak pregnant luar nikah, cepat cepat kahwinkan.

Berdasarkan kenyataan ini, nikah itu TIDAK SAH, maka pasangan itu kelak hidup dalam zina sampai bila-bila....

Persoalan ini telah diajukan kepada seorang Imam, di mana banyak persoalan lain timbul dari persoalan pokok tersebut.
Saya kongsikan bersama anda di sini kerana ianya amat penting:

Soalan 1 : Apakah langkah yang sewajarnya sekiranya seorang gadis belum berkahwin didapati hamil anak luar nikah?
Jawapan 1 : Gadis itu tidak boleh berkahwin sehingga bayi itu dilahirkan.

Soalan 2 : Sekiranya lelaki yang bertanggungjawab itu bersedia mengahwini gadis itu, bolehkah mereka bernikah?
Jawapan 2 : Tidak. Mereka tidak boleh bernikah sehingga bayi itu dilahirkan.

Soalan 3 : Adakah pernikahan itu sah sekiranya mereka berkawin?
Jawapan 3 : Tidak. Pernikahan itu TIDAK SAH. Seorang lelaki tidak boleh mengahwini seorang wanita hamil, walaupun lelaki itu merupakana ayah kepada bayi yang dikandung itu.

Soalan 4 : Sekiranya mereka bernikah, apakah tindakan mereka untuk memperbetulkan keadaan?
Jawapan 4 : Mereka mesti berpisah. Perempuan itu mestilah menunggu sehingga melahirkan, atau sehingga sah dia tidak mengandung, barulah mereka boleh bernikah sekali lagi, secara sah.

Soalan 5 : Bagaimana sekiranya keadaan itu tidak diperbetulkan?
Jawapan 5 : Maka mereka akan hidup di dalam zina kerana pernikahan itu tidak sah!!!

Soalan 6 : Apakah hak seorang anak luar nikah?
Jawapan 6 : Kebanyakan pendapat mengatakan bahawa anak itu TIADA HAK untuk menuntut apa-apa daripada ayahnya.

Soalan 7 : Sekiranya hukum mengatakan lelaki itu bukan ayah kepada anak tersebut, adakah itu bermakna dia bukan
mahram kepada anak perempuannya sendiri?
Jawapan 7 : Ya. Dia tidak boleh menjadi mahram.

Soalan 8 : Sekiranya seorang lelaki Muslim dan seorang wanita Muslim (atau bukan Muslim) ingin bernikah setelah bersekedudukan,
apakah tindakan yang sewajarnya?
Jawapan 8 : Mereka mesti tinggal berasingan segera dan menunggu sehingga perempuan itu haid satu kali sebelum
mereka boleh bernikah.

Soalan 9 : Sekiranya saya kenal/tahu seseorang di dalam keadaan ini, apakah saya perlu memberitahu kepadanya, atau lebih baik menjaga tepi kain sendiri?
Jawapan 9 : Anda wajib memberitahu, kerana itu sebahagian tanggungjawab anda sebagai saudaranya. Mereka harus diberi peluang untuk memperbetulkan keadaan mereka, kalau tidak semua keturunan yang lahir dari pernikahan tidak sah itu adalah anak-anak yang tidak sah taraf.

Kesimpulannya: Ibubapa, saudaramara, org2 kampung, tok2 imam, tok2 kadi Dan saksi-saksi yang tahu akan keadaan tersebut tetapi mendiamkan, membiarkan atau membenarkan pernikahan tersebut diteruskan maka mereka juga tidak terlepas daripada menanggung azab Dan seksaan samada didunia atau pun diakhirat....

fahami Dan dalami betul-betul Dan bincanglah
dengan Imam/ustaz sekiranya perlu. Mafhumnya:

Katakanlah: 'Sesungguhnya sembahyangku Dan ibadatku, hidupku Dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang
memelihara Dan mentadbirkan sekalian alam'.

WAHAI PARA SAHABATKU. .. .INSAFI LAH DIRI.

sumber: USTAZ ROSLI ALHAFIZ.

Tuesday, October 5, 2010

Aurat dan Tabarruj

Persoalan : Setakat manakah pelaksanaan menutup aurat sedangkan yang bertudung pun ada batasan hokum dan cara memakainya?

Pengertian Sheikh Ata ibn Khaleel Abu al-Rashta mengenai Tabarruj : perbuatan berhias atau berpakaian secara berlebih-lebihan bagi seseorang wanita sehingga menarik perhatian ramai, tetapi tanpa membuka bahagian–bahagian sulit (aurat)seperti rambut, bahagian dada dan punggung.

Jika seseorang wanita itu memakai Jilbab (jubah) yang mempunyai motif yang boleh menarik perhatian, maka ini adalah Tabarruj dan ini adalah dilarang walaupun Jilbab adalah pakaian yang dibe. Oleh yang demikian, berpakaian menutupi aurat, tetapi menarik perhatian adalah Tabarruj dan ini adalah dilarang.

Kesimpulan : Manakala berpakaian dengan membuka aurat adalah sama sekali dilarang samada ia menarik perhatian ataupun tidak.

Dalil tentang hukum di atas :

1-
"Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan" [TMQ An-Nur (24):31].
Seseorangwanita itu dilarang untuk berjalan dengan cara yang boleh menarik perhatian kearah gelang kakinya walaupun kakinya tertutup. Oleh itu,berpakaian yang boleh menarik perhatian (walaupun tanpa membuka aurat)adalah Tabarruj dan ini adalah dilarang.

2-
"Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain tudung kedadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka ....." [TMQ An-Nur (24) : 31]

3-
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam, pernah bersabda,
"Jika seorang anak perempuan itu telah baligh, hanya muka dan kedua tapak tangannya yang boleh kelihatan" [Riwayat Abu Dawud]
Oleh yang demikian, menurut dalil-dalil yang diberi, seseorang wanita itu tidak boleh memperlihatkan selain dari muka dan dua tapak tangannya kecuali kepada suami dan mahramnya. Inilah kewajipan untuk memakai Khimar yang sesuai untuk menutupi rambut dan leher dan melabuhkannya ke dada, supaya tiada yang kelihatan kecuali muka dan kedua tapak tangan. Allah Subhanahu wa Taala berfirman; Bermaksud :"Dan hendaklah mereka menutup kain tudung kedadanya..." [TMQ Al-Nur (24) : 31]

4-
Al-Bukhari rahmatullah 'alaihi ada berkata:"tabarruj, iaitu seorang wanita yang memperlihatkan kecantikan rupa parasnya".

5-
Ummu salamah ada menceritakan, maksudnya begini: "Asma' binti Abu Bakar telah menziarahi Rasulullah s.a.w pada suatu haridengan pakaian yang nipis. Lantas Rasulullah.s.a.w menasihatinya dengan bersabda yang maksudnya :" Wahai Asma', sesungguhnya seseorang gadis yang telah berhaidh (baligh), tidak harus baginya menzahirkan anggota badan, kecuali ini dan ini." Ketika itu, Rasulullah s.a.w mengisyaratkan kepada muka dan kedua tapak tangan.

Sumber: Islamic revival & Salafus-sholih.blogspot.com

Monday, October 4, 2010

KESALAHAN DALAM MEMBERI NAMA ANAK

Kejahilan masyarakat dan kelalaian Ulama’ adalah di antara faktor mengapa berlakunya kesalahan (bertentangan dengan kehendak syariat) dalam memberi nama kepada anak-anak yang baru lahir. Adalah amat menyedihkan perkara ini tidak begitu dipedulikan seolah-olah kesalahan tersebut tidak begitu penting walhal Nabi s.a.w. amat menitikberatkan hal ini dengan mengubah nama sahabat-sahabat yang tidak elok atau tidak sesuai. Di antara kesalahan dalam memberi nama yang dikenalpasti di kalangan masyarakat Melayu di Malaysia adalah:

1. Nama-nama yang memberi makna yang tidak elok. Nabi s.a.w. pernah menukar nama sahabatnya Zaham (yang bermaksud ‘menyibuk, mengganggu’) kepada Basyir (yang bermaksud ‘berita gembira’). Di antara contoh nama yang sering digunakan :

• Hazan (Kesedihan), Hazin (Seorang lelaki yang sedih), Hazaniyyah (Hidup penuh dengan kesedihan)
• Zani (Lelaki penzina), Zaniah (Penzina perempuan)
• `Asiah (Perempuan penderhaka / Perempuan pembuat Maksiat)
• Wati (Persetubuhan)
• Azli (Celaanku), Azlan (Celaan)

2. Nama-nama Allah (sifat Tuhan), contohnya:
• Azali
• Muhaimin

3. Nama-nama yang berkaitan dengan tempat, contohnya:
• Suyuti (Orang Asyut)
• Bukhari (Orang Bukhara)
• Ghazali (Orang Ghazal)
• Nawawi (Orang Nawa)
• Misri atau Masri (Orang Mesir)
• Baihaqi (Orang Baihaq)
• Tirmizi (Orang Tirmiz)

4. Nama-nama yang memberi makna terlalu elok sehingga tidak sesuai diletakkan pada empunya nama seperti Khairunnisa` (sebaik-baik wanita) sedangkan dalam hadits ada menyebutkan: “Sebaik-baik wanita di alam ini adalah Asiah dan Maryam.” Selain itu nama ini juga seakan berlawanan dengan hadits.


5. Nama-nama yang dilarang dalam hadits seperti Yasar, Robah, Aflah, Najah dan lain-lain kerana ada sempena baik pada suatu nama. Sebagai contoh Najah (Kejayaan). Apabila ada orang bertanya: “Najah ada tak disini?” Maka dijawab: “Najah tiada disini,” secara tidak langsung memberi maksud kejayaan tiada di sini.

6. Nama yang mengangkat diri sendiri kerana Nabi s.a.w. sendiri ada menukarkan nama Barrah (yang bermaksud ‘yang sangat baik’) kepada Zainab

7. Nama yang mengandungi unsur-unsur syirik seperti:
• Abdul Manaf (Hamba berhala Manaf)
• Ghulam `Ali (Hamba `Ali)

8. Nama yang sepatutnya untuk lelaki tetapi digunakan pada perempuan, seperti Nur (cahaya) dalam bahasa Arab adalah muzakkar (untuk lelaki)

9. Nama dengan makna yang tidak tepat dengan pemakainya seperti:
• Siti (Puan) sedangkan gelaran ‘Puan’ hanya digunakan pada orang yang sudah berkahwin dan begitu juga dengan Anisah (Cik) pula hanya digunakan untuk wanita yang belum berkahwin sebagaimana yang digunakan di tanah Arab pada masa ini.
• Sayyid (Tuan) digunakan oleh orang `Arab pada sesiapa sahaja asalkan dia lelaki dan ini tidak bermakna dia adalah dari keturunan Nabi s.a.w.

10. Nama yang sebenarnya adalah nama sesuatu pekerjaan dalam bahasa Arab, contohnya:
• Masyitah (Tukang sikat rambut) digunakan pada mana-mana perempuan yang bekerja sebagai penyikat rambut
• Halwani (Lelaki penjual kueh) digunakan pada mana-mana lelaki yang menjual kueh-mueh tetapi digunakan untuk perempuan di Malaysia.

11. Nama yang tidak betul seperti nama asalnya, seperti:
• Zaleha – sepatutnya Zulaikha

12. Nama yang dihubungkan pada kisah yang tidak dipastikan kebenarannya, seperti:
• ‘Zulaikha’ yang kononnya menjadi simbolik percintaan dan kasih sayang yang kekal berpanjangan bersama Nabi Yusuf yang terkenal dengan ketampanannya. Dipendekkan cerita kononnya Zulaikha bertemu semula dengan Nabi Yusuf setelah beliau sudah tua dan buta matanya. Oleh kerana cintanya begitu mendalam pada Nabi Yusuf akhirnya Nabi Yusuf menerimanya sebagai isteri. Kemudian Zulaikha kembali menjadi muda dan dapat melihat seperti sediakala. Inilah kekarutan yang direka-reka dan kemudiannya turut memberi kesan kepada masyarakat Islam sehingga menamakan anak-anak dengan nama Zulaikha dan menjadikannya sebagai doa dalam kad-kad perkahwinan.
• Muti`ah kononnya adalah wanita pertama yang masuk syurga sebelum Fatimah al-Zahra` lagi. Dikatakan bahawa beliau adalah seorang wanita yang paling solehah kerana sangat baik dalam melayani dan berkhidmat pada suaminya.

13. Nama yang memberi makna sifat, seperti:
• Muti`ah (yang taat)

14. Nama yang tidak memberi apa-apa makna, lebih buruk lagi jika apabila dipendekkan memberikan makna yang tidak elok seperti:

• Ezani – dipendekkan menjadi: Zani (lelaki penzina)

15. Nama yang terpengaruh dengan budaya barat, contohnya:
• Isaac – asalnya Ishak (Nama Nabi)
• Harry – asalnya Khairi (Kebaikanku)

16. Nama yang memberikan makna yang tidak jelas atau lucu dalam bahasa Arab, contohnya:
• Syamsul Bahri (matahari lautan)
• Badrul Hisyam (bulan yang pecah-pecah)
• Nik (kemaluan perempuan atau mentah, tidak matang)
• Rafidhi (Syiah pelampau)
• Atan (keldai betina)
• Haikal (rumah berhala, kerangka, lembaga)
• Jamalullail (keindahan malam)

Nota: Sekiranya sesuatu nama memberikan beberapa makna termasuk yang baik dan buruk maka harus menggunakannya kerana ini ada dilakukan oleh Nabi s.a.w. sendiri, contohnya:
• Zainab - makna baik : nama bagi sejenis pokok yang wangi
- makna buruk : pengecut
• Mu`awiyah - makna baik : pembela / pejuang
- makna buruk : yang menyalak

17. Nama yang mempunyai ‘ni’ dihujungnya seperti ‘Halwani’ yang sering digunakan pada orang perempuan masyarakat Melayu yang sebenarnya bermaksud ‘lelaki penjual kueh’.

Nota: Nama-nama bukan dari bahasa Arab yang elok maknanya juga harus dipakai seperti:
• Fairuz
• Sirin (manis –bahasa Farsi)
• Rustam
• Sarfaraz (mulia)
• Sibawaih (wangian epal)

18. Nama-nama yang membawa maksud yang buruk atau langsung tidak memberikan apa-apa makna kerana salah sebutan atau ejaannya seperti:
• Sukri (kemabukanku) – sepatutnya Syukri (Kesyukuranku)
• Sya`ari (buluku) – sepatutnya Asy`ari
• Nordin (tiada makna) – sepatutnya Nuruddin (cahaya agama)
• Kadir (keruh) – sepatutnya `Abdul Qadir (Hamba kepada yang Maha Berkuasa)
• Jamaluddin (Unta agama) – sebetulnya Jamaaluddin جمال الدين(kecantikan agama) ya`ni sebutan yang panjang pada ‘maal’

19. Gabungan yang salah atau tidak kena pada tempatnya seperti ‘Nurhafizah’ tidak memberi apa-apa maksud kerana gabungan ini salah dari segi kaedah bahasa Arab, dan contoh gabungan yang betul: Nurhayati (cahaya hidupku), Nur`aini (cahaya mataku)

Nota: Harus menamakan dengan nama-nama bintang, burung atau bunga seperti Surayya, Aktar (tuah atau bintang dalam bahasa Farsi) dan lain-lain

20. Nama yang salah kerana tidak membezakan penggunaan ya mutakallim dengan ya nisbah.
Ya mutakallim adalah ‘ya’ pada akhir kata nama yang memberi makna ‘sesuatu milikku’ atau ‘daripadaku’ seperti:
• Syukri (Kesyukuranku)
• Fathi (Kemenanganku)
Ya nisbah pula ada ‘ya’ pada akhir kata nama yang memberi makna nisbah atau hubungan pada tempat, pekerjaan dan sebagainya. Contohnya:
• Imam Jalaluddin as-Suyuti yang bermaksud: Imam Jalaluddin orang asyut
• Imam Muhammad bin Isma`il al-Bukhari yang bermaksud: Imam Muhammad bin Isma`il orang Bukhara
• Muhammad Asri yang bermakna ‘Muhammad tawananku’, ini kerana sebenarnya ini adalah ya mutakallim dan bukan ya nisbah. Nama yang betul ialah Muhammad ‘Asri

Nota:
Seelok-eloknya sesuatu nama hendaklah dipastikan betul ejaan ruminya kerana nama juga adalah merupakan doa kepada pemiliknya, sekiranya salah sebutannya maka berlainan pula maksudnya, contohnya:
نعيمة bermaksud yang bahagia, yang lembut, yang mulia tetapi apabila dieja mengikut ejaan rumi maka ia menjadi Naimah نائمة bermaksud yang tidur.

Selain itu terdapat ilmu yang dinamakan Ilmu Raksi yang mempunyai kaedah untuk mentafsir sifat seseorang berdasarkan namanya, ilmu ini juga pernah disebutkan oleh Ibnu Khaldun dalam bab jenis-jenis ilmu.

Nota: Kita mungkin boleh mengelakkan kesalahan seperti ini dengan:

• Membenarkan ejaan mengikut bahasa yang berkenaan seperti jawi, Arab dan lain-lain dalam kad pengenalan atau surat beranak supaya dapat disebut dengan betul mengikut kehendak penama tersebut.

Jabatan Pendaftaran membenarkan penama yang ingin menukar nama yang tidak sesuai kepada nama yang menepati syariat.

• Undang-undang diwujudkan bagi mewajibkan pendaftar nama mengikut kaedah yang betul supaya tidak tersalah dalam memberi nama.

Nota: Harus menggunakan nama gabungan dari ibu atau anak dan ayah sekiranya membawa makna yang elok, seperti nama seorang ulama`:

• Ihsan Ilahi Zahir – Ayahnya bernama Zahir (pembela, penyokong) bermakna ihsan Tuhanku nyata.

• Fadhal Ilahi Zahir – bermaksud kurniaan Tuhanku nyata.

21. Tidak boleh menggunakan nama ‘Malikul Muluk’ atau ‘Malikul Malak’ kerana ada larangan dalam hadits dan terdapat penggunaannya dalam al-Quran, firman Allah s.w.t:
لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

(Pada saat itu Allah berfirman): "Siapakah Yang Menguasai kerajaan pada hari ini? (Allah sendiri menjawab): "Dikuasai oleh Allah Yang Maha Esa, lagi Yang mengatasi kekuasaanya segala-galanya! [ Al-Ghafir :16 ]

dan ayat:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dia lah Allah, Yang tidak ada Tuhan melainkan dia; Yang Menguasai (sekalian alam); Yang Maha Suci; Yang Maha Selamat sejahtera (dari Segala kekurangan); Yang Maha melimpahkan Keamanan; Yang Maha pengawal serta Pengawas; Yang Maha Kuasa; Yang Maha kuat (menundukkan segala-galanya); Yang Melengkapi Segala KebesaranNya. Maha suci Allah dari Segala Yang mereka sekutukan dengannya. [ Al-Hasyr: 23 ]

22. Tidak boleh menggunakan nama yang merupakan gelaran yang khusus kepada seseorang Nabi sebagai mukjizatnya, seperti:

• Ruhullah (Roh daripada Allah) – gelaran khusus yang diberikan kepada Nabi Isa a.s kerana Nabi Isa dilahirkan tanpa ayah dengan kuasa Allah

• Khalilullah (Kekasih Allah) / Khalilurrahman (Kekasih kepada yang Maha Pengasih) – gelaran khusus yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s

Selain itu nama-nama ini juga membawa maksud yang sangat tinggi dan keterlaluan untuk dipakai pada orang yang biasa selain bercanggah dengan hadits dan terdapat larangan yang terang berkaitannya.

sumber:Hidayat bin Shafie

Friday, September 3, 2010

SELAMAT HARI RAYA AIDIL FITRI

Assalamualaikum.....kepada semua pembaca setia blog saya....disini saya mengambil kesempatan untuk mengucapkan SELAMAT HARI RAYA DAN MAAF ZAHIR BATIN

semoga aidil fitri tahun ini memberikan anda semua seribu pengertian dan kegembiraan

Thursday, August 26, 2010

ROTA VIRUS

assalamualaikum dan salam sejahtera kepada pembaca-pembaca blog saya yang setia mengikuti perkembangan blog tulisan saya. the last 2 weeks memang sangat menduga saya dan isteri. anak kami 2 minggu masuk hospital disebabkan jangkitan virus....jadi di sini saya ingin berkongsi perihal berkenaan Virus yang menjangkiti anak saya dan komplikasinya....


Rotavirus is a virus that infects the bowels. It is the most common cause of severe diarrhea among infants and children throughout the world and causes the death of about 600,000 children worldwide annually. The name rotavirus comes from the characteristic wheel-like appearance of the virus when viewed by electron microscopy (the name rotavirus is derived from the Latin rota, meaning "wheel").

Almost all children have become infected with rotavirus by their third birthday. Repeat infections with different viral strains are possible, and most children have several episodes of rotavirus infection in the first years of life. After several infections with different strains of the virus, children acquire immunity to rotavirus. Children between the ages of 6 and 24 months are at greatest risk for developing severe disease from rotavirus infection. Adults sometimes become infected, but the resulting illness is usually mild.

Each year in the U.S., rotavirus infection results in the hospitalization of an estimated 55,000 children, 200,000 emergency-room visits, and 400,000 visits to doctor's offices. It is estimated that 100 children die each year in the U.S. from complications of rotavirus infection. Rotavirus affects populations in all socioeconomic groups and is equally prevalent in industrialized and developing countries, so differences in sanitation practices or water supply are not likely to affect the incidence of the infection.

What are rotavirus symptoms?

The time period from initial infection to symptoms (incubation period) for rotavirus disease is around two days. Symptoms of the disease include fever, vomiting, and watery diarrhea. Abdominal pain may also occur, and infected children may have profuse watery diarrhea up to several times per day. Symptoms generally persist for three to nine days. Immunity from repeated infection is incomplete after a rotavirus infection, but repeated infections tend to be less severe than the original infection.

Rotavirus infection can be associated with severe dehydration in infants and children. Severe dehydration can lead to death in rare cases, so it is important to recognize and treat this complication of rotavirus infection. In addition to the symptoms of rotavirus infection discussed above, parents should be aware of the symptoms of dehydration that can occur with rotavirus infection or with other serious conditions.

How is rotavirus spread?

Rotavirus infection is highly contagious. The primary mode of transmission of rotavirus is the passage of the virus in stool to the mouth of another child. This is known as a fecal-oral route of transmission. Children can transmit the virus when they forget to wash their hands before eating or after using the toilet. Touching a surface that has been contaminated with rotavirus and then touching the mouth area can result in infection.

There also have been cases of low levels of rotavirus in respiratory-tract secretions and other body fluids. Because the virus is stable (remains infective) in the environment, transmission can occur through ingestion of contaminated water or food and contact with contaminated surfaces. Rotavirus can survive for days on hard and dry surfaces, and it can live for hours on human hands.

How is rotavirus treated?

There is no specific treatment for rotavirus. For people with healthy immune systems, rotavirus infection of the bowel (gastroenteritis) is a self-limited illness, lasting for only a few days. The treatment consists of increased fluid intake (oral rehydration) to prevent dehydration. About one in 40 children with rotavirus infection of the bowel requires hospitalization for intravenous fluid.


What is the outcome (prognosis) of rotavirus infection?

Rotavirus infection is a self-limited disease that resolves after three to nine days of symptoms. In rare cases, severe dehydration accompanying rotavirus infection has led to death. Recognition of the condition and proper supportive treatment (rehydration) can prevent serious complications.


How can rotavirus infection be prevented?

Because the virus is so prevalent, it is very difficult or even impossible to prevent rotavirus infection. Even places with excellent standards of hygiene and sanitation can become contaminated. Vaccination is the most effective preventive measure.

An older vaccine to prevent rotavirus was withdrawn due to adverse effects. In August 1998, the U.S. Food and Drug Administration (FDA) approved a live virus vaccine for use in children at ages 2, 4, and 6 months. However, this recommendation was withdrawn in October 1999 because the vaccine appeared to increase the risk of intussusception (the prolapse or telescoping of a portion of the intestine into the immediately adjacent portion of the intestine). The vaccine known as RotaShield was withdrawn from the market in 1999.

However, in February 2006, the FDA approved a new rotavirus vaccine. This vaccine RotaTeq™ is a live oral vaccine for use in children. The Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) voted to recommend a newly licensed vaccine to protect against rotavirus. Studies have shown that the vaccine prevents about 74% of all rotavirus cases, about 98% of severe rotavirus cases, and about 96% of hospitalizations due to rotavirus. Three doses of the rotavirus vaccine are recommended at 2, 4, and 6 months of age



itu sahajalah maklumat yang saya ingin kongsikan....demi kesihatan anak2....saya cadangkan sangat2 kepada kawan-kawan supaya melaburla sedikit...kerana pabila anak2 sakit...duit memang xda makna da selain daripada melihat anak2 membesar dengan sihat depan mata kita....kalau masuk hospital(swasta)coz nak yg the best for my kid..belanjanya agak besar kerana lebih kurang seminggu kena tahan wad (my bills is RM 2K plus)

renung-renungkan.....

Friday, August 13, 2010

PTPTN, Status Shariah & Kos Perkhidmatan

sumber: http://www.zaharuddin.net

Terlalu ramai yang bertanya kepada saya tentang PTPTN. Saya cuba mengelak dari membuat sebarang ulasan di dalam web saya kerana mendapat info bahawa mereka sedang dalam proses islamisasi produk mereka. Bagaimanapun demi, bersikap adil kepada hukum dan ilmu, saya tiada pilihan kecuali perlu mengurakannya demi menjawab persoalan orang yang-orang yang bertanya dengan adil.

Jawapan mudah saya, apa yang dilakukan dengan 3 % sebagai kos perkhidmatan adalah riba. Bagaimanapun saya mendapat tahu bahawa,pihak PTPTN sedang berusaha untuk mengubah kepada sistem Islam cuma masih gagal mengimplementasikannya disebabkan oleh masalah sistem pengkomputeran sedia ada dan lain-lain masalaha yang tidak diketahui.

Saya difahamkan beberapa pakar Shariah dan bank Islam di Malaysia telah membentangkan beberapa cadangan struktur pembiayaan pelajaran baru berlandas aqad Ijarah, Bai' dan lain-lain lagi. Bagaimanapun, banyak yang menemui jalan buntu dan sebahagiannya masih dalam proses penyemakan dan penilaian.



Dari sudut Shariah, 3 % yang diletakkan sebagai kos perkhidmatan itu adalah dianggap sebagai Riba. Tidak dinafikan bahawa para ulama sedunia telah meluluskan bahawa halal bagi sesuatu pinjaman yang dibuat atas asas Qardhul Hasan mengenakan sejumlah kos perkhidmatan kepada peminjam, bagaimanapun cara yang digunakan oleh PTPTN adalah tidak menepati fatwa tersebut.

Apa itu Qard

‘Qard' dari sudut definisinya bermaksud pertukaran atau perpindahan hak milik sesuatu aset atau wang dari pemilik asal kepada pihak lain dengan syarat, pihak lain itu berkewajiban memulangkan aset atau wang yang dipinjam tersebut atau yang sama nilainya pada kemudian hari.

Dalam kata lainnya, ia adalah satu jenis pemberian hutang dalam bentuk sejumlah wang atau pinjaman barangan seperti meminjamkan kereta atau telefon bimbit kepada orang lain dengan syarat ianya dipulangkan semula pada kemudian hari.

Pinjaman atau ‘Qard' dalam Islam adalah merupakan satu kontrak yang di asaskan atas dasar bantu membantu, sukarela (tabarru') dan belas kasihan kepada individu yang memerlukan (Al-Mughni, Ibn Quddamah, 4/353). Atas sebab itu, Islam menyanjung tinggi amalan ini sehinggakan Nabi SAW bersabda : "Barangsiapa yang melepaskan satu kesukaran saudaranya, maka Allah akan melepaskan pelbagai kesukarannya di akhirat.." (Riwayat Muslim)

Sebuah lagi hadith menyebutkan kelebihan pinjaman tanpa faedah sebagaimana hadith berikut : Dari Anas ra berkata: " berkata Rasulullah SAW, aku telah nampak pada malam aku diperjalankan (pada malam isra' mikraj), tertulis di pintu syurga : satu sedeqah dipergandakan pahalanya sebanyak sepuluh kali, manakala ‘qard' atau pinjaman tanpa faedah digandakan sebanyak lapan belas kali ganda..." (Riwayat Ibn Majah, 2/812)

Qard ( Pinjaman ) Tidak Boleh diJadikan Asas Perniagaan

Berdasarkan asas tersebut, kontrak pinjaman ini tidak sesekali boleh dijadikan sebagai alat untuk perniagaan atau meraih keuntungan di dalam Islam. Bagi memastikan objektif kebajikan dan bantuan dalam ‘Qard' tercapai, Islam meletakkan kewajiban , bagi setiap pinjaman wang (cth : RM 5000) mestilah dipulangkan pada kemudian hari dengan jumlah yang sama tanpa sebarang tambahan dan manfaat lain yang dipaksakan atau diipersetujui. Sekiranya terdapat sebarang tambahan (cth 3 % dari jumlah RM 5000 sebagai bunga atau manfaat lain), sepakat seluruh ulama menyebut ianya termasuk dalam kategori Riba an-Nasiah yang disepakati haramnya. (Al-Jami' fi Usul al-Riba, hlm 217).

Isu kos perkhidmatan dalam pinjaman

Sungguh ramai yang mengajukan pertanyaan kepada saya berkenaan hukum kos perkhidmatan dan pengurusan yang dikenakan bagi pinjaman yang diberikan. Terdapat beberapa pihak yang cuba mengenalkan produk pinjaman yang bersifat Islam serta diberi nama "Qardhul Hasan". Istilah ‘Qardhul Hasan' merujuk kepada pinjaman tanpa sebarang faedah, ertinya peminjam hanya perlu membayar wang modal yang dipinjamnya sahaja tanpa sebarang penambahan. Ia dikira sebagai salah satu bentuk ibadat yang amat digalakkan kerana sifatnya yang membantu melepaskan orang lain dari kesukaran dan keperluan mendesak tanpa mengambil sebarang peluang atas kesusahan orang lain dengan mengenakan ‘bunga', faedah atau riba.

Walau bagaimanapun, implementasi ‘Qardul Hasan' ini kerap kali tersasar dari tujuan dan konsep asal pinjaman bersifat kebajikan hingga menjadi dwi tujuan, iaitu untuk bantuan dan meraih keuntungan disebalik nama kos perkhidmatan dan pengurusan agar ia menjadi ‘Halal' kononnya.

Sebelum membincangkan soal kos perkhidmatan ini, terlebih dahulu saya ingin membawakan keputusan Persidangan ulama antarabangsa di bawah AAOIFI (http://www.aaoifi.com) menyatakan bahawa semua faedah atau lebihan (dari jumlah yang diberi pinjam) yang telah dipersetujui atau disyaratkan di dalam kontrak atau ‘aqad' pinjaman dibuat di awal kontrak atau dikenakan ketika kelewatan pembayaran balik pinjaman sama ada dalam bentuk wang, barangan dan apa-apa manfaat adalah di larang sama sekali dan ia adalah Riba. (Shariah Standard, AAOIFI, hlm 336)

Adapun dalam hal kos perkhidmatan, Majlis Shariah AAOIFI dan hasil Keputusan Kesatuan Fiqh Islam Sedunia (dalam sidangnya yang ketiga pada 1986 M) berpendapat DIBENARKAN untuk mengenakan kos perkhidmatan dengan syarat ianya ADALAH KOS SEBENAR. Resolusi mereka juga menyebut, adalah HARAM untuk mengenakan kos yang lebih dari kos sebenar, justeru para Ulama dari persidangan tadi mewasiatkan agar cara untuk mengira dibuat setepat dan sebaiknya. Selain itu, keputusan mereka juga menyebut bahawa kos-kos tidak lansung seperti gaji pekerja, sewaan tempat dan tanggungan lain-lain sesebuah institusi itu tidak boleh dimasukkan di dalam kos pengurusan sebenar bagi sesebuah pinjaman. (Shariah Standard, AAOIFI, no 9/1, hlm 337)

Hasilnya, perlu kita fahami bahawa sebarang kos perkhidmatan dan pengurusan yang diletakkan seperti 2 %, 3 % atau 4 % dari jumlah pinjaman dengan hujjah bahawa ianya adalah kos pengurusan adalah tidak boleh diterima sama sekali. Ini adalah bentuk yang dilakukan oleh PTPTN dan lain-lain institusi yang melakukannya.

Majlis Penasihat Shariah Dunia di AAOIFI menyebut " It is not permitted to link the charge to the amount withdrawn (given)" ( Shariah Standard, no 10/3/2, hlm 338). Ini adalah kerana peratusan yang dikaitkan dengan jumlah pinjaman ini menyebabkan jumlah kos pengurusan yang pada asalnya adalah sama (kerana menggunakan alatan dan system yang sama), menjadi berubah mengikut jumlah pinjaman yang diberi.

Inilah Riba yang berselindung di balik nama kos pengurusan dan ‘Qardul Hasan' namanya. Bayangkan, jumlah kos sebenar bagi sesuatu pinjaman yang diberikan kemungkinan hanya (sebagai contoh) sebanyak RM 500 bagi setiap transaksi komputer, peguam, cukai stamp dan lain-lain kos sebenar urusan pinjaman atas asas ‘Qardul Hasan'. Dalam keadaaan ini, sepatutnya sesiapa sahaja yang meminjam, tanpa mengira berapa pun jumlah pinjaman mereka maka akan dikenakan satu jumlah kos sebenar pengurusan yang tetap dan tepat iaitu RM 500.

Bagaimanapun, apabila diletakkan satu jumlah peratusan seperti 2 % dan lainnya. Jumlah kos pengurusan tadi sudah pasti akan berubah mengikut jumlah pinjaman yang diberi, tatkala itu kos pengurusan tidak lagi menjadi kos pengurusan tetapi menjadi kos faedah dan riba yang dikenakan bagi setiap sen duit atau wang yang dipinjamkan.

Akhirnya, mesej yang ingin saya sampaikan dari tulisan kali ini tidak lain adalah untuk memastikan nama ‘Qardul Hasan' dan fatwa oleh ulama sedunia berkenaan keharusan kos pengurusan atas pinjaman tidak di salahkan gunakan atau di salah fahami.

Yang Sudah Berlalu & Alternatif

Bagi yang sudah terlepas. Wallahu ‘alam, mungkin anda boleh di anggap dalam situasi 'hajiat' ( keperluan yang agak mendesak bagi mencapai fardhu ‘ain dan Kifayah iaitu belajar) jika sememangnya tiada bantuan kewangan lain yang boleh diperolehi di ketika anda memohon. Wallahu a'lam.



Allah SWT telah menyebut dgn jelas ertinya : " Allah tidak membebankan seseorang perkara yang tidak tidak dimampuinya"

Bilamana seseorang tiada jalan lain lagi yang boleh di perolehi untuk mendapatkan bantuan kewangan pelajarannya, cuma PTPTN saja yang layak (pinjaman PTPTN pula pula dibuat secara Riba), atau bagi sesiapa yang telah terlanjur terlibat dengan Riba ini, tidak banyak yang boleh saya nasihatkan kecuali bertawbat kepada Allah atas ketidakmampuan mengelak itu dan berdoa agar anda tidak di bebankan dengan dosa ini dengan hati yang tidak redha.

Mungkin ia boleh diqiyaskan kepada kisah sahabat yang mengucapkan kalimah kufur kerana terpaksa tetapi hatinya sentiasa beriman kepada Allah dan tidak redha dengan kalimah yang terpaksa di ucapkan itu. Bagaimanapun sahabat nabi tadi diancam dengan bunuh, manakala peminjam PTPTN diancam dengan tertutup peluang belajar ?. Adakah sama ?. Tidak juga, kerana belajar ilmu boleh didapati dalam pelbagai cara termasuk yang percuma seperti di web saya ini. Ringkasnya, memang sukar sebenarnya untuk mangangkat tangan mengatakan "saya dharurat ustaz" atau 'saya amat terdesak' sehingga terlibat. Lebih membimbangkan ada ura-ura untuk mewajibkan ibu bapa menjadi penjamin kepada pinjaman PTPTN si anak. Ini bermakna ibu bapa juga akan termasuk dalam kumpulan yang terlibat dengan riba dengan jaminannya.

Apapun, jika terlibat juga ia bukanlah dosa 100 % terhasil dari diri anda, tetapi pengurusan berwajib yang lebih besar tanggungannya di sisi Allah SWT.

Bagaimanapun, inisiatif pengurusan PTPTN untuk mengubah cara pemberian bantuan yang selari dengan kehendak Islam dan bertepatan dengan agenda kerajaan "ISLAM HADARI" , boleh di puji, ia pasti dilihat oleh ALLAH swt sebagai satu azam kepada kebaikan. Cuma kita mengharapkan ia lebih dari azam lalu menjadi realiti. wallahu alam.

Saya amat memahami bahawa biasiswa dan zakat pula mungkin amat sukar untuk diperolehi. Apapun, sepatutnya di usahakan terlebih bantuan lain dahulu sebelum mengangkat tangan 'mengalah' dan mengambil yang riba. Bagi saya, adalah lebih baik bagi pelajar yang belajar di dalam Malaysia untuk membuat pinjaman tanpa faedah dengan ibu bapa atau adik beradiknya ( jika mereka orang mampu) dari membuat pinjaman PTPTN yang mengenakan % tertentu sebagaia 'kos perkhidmatan' kecuali jika anda belajar di luar negara yang kosnya terlalu tinggi.

Selain itu, ada beberapa buah bank Islam ada menawarkan pembiayaan pendidikan yang distruktur secara bai Inah. Adalah lebih baik untuk mendapatkan perkhidmatan ini dari terjebak dalam RIba walaupun mungkin kosnya lebih tinggi.

Saya juga ingin mencadangkan agar anda membuat surat memohon agar dihapuskan pembayaran 3 % itu kepada pihak PTPTN, sekiranya mereka luluskan. Alhamadulillah, sekiranya mereka tidak meluluskan, maka tanggung jawab yang sudah terlepas menggunakannya telah dikira terlepas.

Bagaimanapun, jika anda gagal mendapatkan rebate dari PTPTN, maka hutang tersebut masih wajib dibayar penuh menurut undang-undang Malaysia. Saya hanya mampu mencadangkan agar rayuan pelepasan dibuat sahaja. Lebih elok jika rayuan dibuat sambil menampilkan prestasi cemerlang di universiti, mungkin ada peluang untuk mendapat pelepasan sebagaimana jenis 'pinjaman boleh ubah', yang mana kos tamabahan itu boleh dihapuskan apabila pelajar mendapat skor tinggi.

Jika benar PTPTN ada menyediakan ruang bagi mereka yang skor untuk dihapuskan kso perkhidmatan riba itu. maka menajdi WAJIB bagi pelajar untuk meraih skor itu, tidak bersungguh bagi mendapatkannya akan dikira sebagai berdosa. Kerana ada peluang untuk elak , tetapi bermalasan untuk mencapainya. Selamat belajar dalam berkat Allah......


Sekian


UZAR

http://www.zaharuddin.net/

hukuman berat buang bayi

Hari semakin banyak kes pembuangan bayi kita dengar di dada-dada akhbar dan media massa..mauzubillah, kejamnye manusia sekarang lebih kejam daripada haiwan...(dalam haiwan xda manusia tetapi didalam manusia ada haiwan) tagline iklan ini sebenarnye memang mempunyai mesej nye tersendiri..umat manusia sekarang ini tidak mahu mengambil iktibar daripada bencana-bencana yang telah terjadi di serata dunia sekarang. Rakyat malaysia terlampau selesa dengan ketenangan dan ketenteraman sekarang tanpa memikirkan apa musibah yang bakal terjadi bila kita terus terusan berlaku sedemikian...saya suka mengambil iktibar dari bencana yang berlaku di ACEH...sekiranya anda amati betul2 kejadian yang berlaku di aceh...barulah kita akan sentiasa sedar dan berdoa agar ianya tidak berlaku di negara kita....

Harakahdaily
KOTA BHARU, 13 Ogos: Mursyidul Am PAS, Tuan Guru Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat menyokong cadangan mengenakan hukuman lebih berat terhadap pesalah buang bayi yang semakin berleluasa di negara ini.

Bercakap sewaktu menyampaikan kuliah mingguannya di Medan Ilmu hari ini, Menteri Besar Kelantan itu juga, bersetuju agar pesalah buang bayi tersebut dihukum mati jika bayi yang dibuang tersebut mati.

Menurutnya, hukuman tersebut wajar bagi memberi pengajaran kepada pelaku dan masyarakat keseluruhan agar tidak mengulangi perkara sama.

Beliau berkata demikian ketika diminta mengulas keputusan kerajaan mengarahkan polis menyiasat kes pembuangan bayi sebagai kes percubaan bunuh atau bunuh yang boleh dijatuhi hukuman gantung bagi memastikan perbuatan tidak berperikemanusiaan itu menerima hukuman berat.

Kes bunuh disiasat mengikut Seksyen 302 Kanun Keseksaan yang membawa hukuman gantung sampai mati, manakala kes percubaan membunuh mengikut Seksyen 307 kanun sama membawa hukuman penjara maksimum 20 tahun.

Sebelum ini, semua kes pembuangan bayi disiasat mengikut Seksyen 31 Akta Kanak-kanak yang boleh dihukum denda maksimum RM20,000 atau penjara 10 tahun atau kedua-duanya sekali jika sabit kesalahan.

Menteri Besar Kelantan itu juga seperti dilapor Bernama, berpendapat undang-undang sekarang lebih "bersimpati" kepada penjenayah buang bayi yang menyebabkan gejala itu masih berleluasa.

Doa Dari Hadis Sohih : Khusus Elak Di Rogol & Cabul

Alhamdulillah..sekali lagi dalam saya melayari laman UZAR saya terjumpa artikel yang saya rasakan sangat-sangat berguna untuk dikongsikan bersama-sama dengan pembaca blog saya...terima kasih kepada UZAR....


Terdapat beberapa pertanyaan tentang doa yang khusus bagi kaum wanita samada dewasa dan kanak-kanak untuk mengelakkan mereka dari terperangkap dalam situasi yang boleh membawa kepada rogol, pencabulan dan lebih dahsyat lagi deraan seks yang diakhiri dengan pembunuhan

Maka di sini, selain doa dari hadis sohih pelindung setiap kali keluar rumah yang telah saya paparkan di artikel berkenaan Al-Marhumah Nurin Jazlin sebelum ini. Iaitu :-

رَسُولَ اللَّهِ يقول من قال بِسْمِ اللَّهِ الذي لَا يَضُرُّ مع اسْمِهِ شَيْءٌ في الأرض ولا في السَّمَاءِ وهو السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لم تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلَاءٍ حتى يُصْبِحَ وَمَنْ قَالَهَا حين يُصْبِحُ ثَلَاثُ
مَرَّاتٍ لم تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلَاءٍ حتى يُمْسِيَ


DALAM sebutan rumi : BISMILLAH ALLAZI LA YADURRU MA'ASMIHI SYAIUN FIL ARDI WA LA FIS SAMAIE , WAHUWAS SAMI'UL 'ALIM

Ertinya : Rasulullah s.a.w didengari berkata sesiapa yang berdoa : "Dengan nama Allah yang tiada dimudaratkan sesuatu apapun dengan namaNya samada di bumi dan di langit, dan Dialah maha mendengar dan maha mengetahui" sebanyak 3 kali, maka ia tidak ditimpa kesusahan bala dan musibah sehinggalah subuh esoknya, dan barangsiapa membacanya ketika subuh 3 kali, ia tidak ditimpa kesusahan bala dan musibah sehingga petangnya" ( Riwayat Abu Daud, 4/323 ; At-Tirmidizi, 5/465 dan Ahmad ; Tirmizi : Hasan - Teks doa berwarna Merah Syeikh Syuaib ; Hasan)



Ingin saya utarakan satu lagi doa sohih yang dibaca oleh isteri Nabi Ibrahim a.s (iaitu Siti Sarah) yang menyebabkan para lelaki zalim termasuk rajanya melarikan diri, saya sertakan sekali sumber rujukannya dari hadis Nabi s.a.w.


اللّهُمَّ اِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ اني آمَنْتُ بِكَ وَبِرَسُولِكَ وَأَحْصَنْتُ فرجي إِلاَّ على زوجي فَلاَ تُسَلِّطْ عَلَىَّ الْكَافِرَ

DALAM SEBUTAN RUMI : ALLAHUMMA IN KUNTA TA'LAMU INNI AAMANTU BIKA, WA BIRASULIKA WA AHSONTU FARJI ILLA 'ALA ZAWJI FALA TUSALLIT 'ALAYYA AL-KAFIR WA AZ-ZALIM

Ertinya : Ya Allah, jika engkau mengetahui bahawa aku beriman kepada Mu dan Rasul Mu, dan aku menjaga kehormatanku hanya untuk suamiku, maka lindungilah aku daripada dikuasai oleh orang-orang kafir dan zalim" ( Riwayat Al-Bukhari, no 2104, 2/722 ; Sunan Al-Baihaqi, 5/97; Musnad ahmad, 2/403 ; Fath Al-Bari, 6/393; Umdat Al-Qari, 12/30 ; Sohih )


Semoga ia dapat dihafaz dan di amalkan oleh semua wanita Muslimah, Cuma jangan lupa bahawa doa ini bersoifat tawassul dengan amal soleh anda, iaitu apabila diikat dengan imannya dengan Allah s.w.t dan RasulNya dan telah dijaga kehormatannya dan sudah tentu auratnya.


Justeru, seolah-olah kemaqbulan doa ini juga diikat tentang kewajiban untuk beriman dengan Allah dan rasulNya dan menutup aurat anda. Tanpanya, doa ini masih amat digalakkan untuk dilakukan, cuma jaminan seolah-olah lebih pasti bagi yang apa yang dikatanya (dalam doa ini) menepati apa yang sebenarnya penampilan fizikal anda.


Justeru, jika berbaju kebaya terbelah, baju sendat menampakkan susuk tubuh, berpakaian nipis seolah telanjang, bersolek canggih seperti artis bukan Islam..sudah tentu doa ini sahaja belum cukup mampu menjaga anda. Bukan kerana Allah s.w.t tidak mampu, tetapi Allah s.w.t tidak anggap wanita itu layak dek kerana kedegilannya sendiri.


Fikirkanlah.


Sekian


Zaharuddin Abd Rahman

http://www.zaharuddin.net/

12 Ramadhan 1428 H

24 September 2008

PERIHAL TENTANG ISU ESQ

Assalamualaikum pembaca blog saya yang saya hormati sekalian, sedang saya melayari internet, mencari bahan-bahan baru untuk pengisian blog saya ini, saya terjumpa blog ustaz zaharuddin berkenaan perihal ESQ yang hangat diperkatakan baru-baru ini, yang mana majlis ulama telah mengharamkan program ini kerana dipersetujui menyimpang dari ajaran agama islam....


disini saya sertakan ulasan ringkas UZAR berkenaan hal tersebut...



Serabut sungguh kelihatan keadaan ilmuan agama rasmi kerajaan dalam hal ESQ. Ramai pula yang meminta ulasan saya. Sebenarnya saya telah mengulas berkenaan ESQ tahun lalu. BUKA SINI. Pun begitu, ulasan kontrusktif saya itu dilihat negatif oleh penyokong taksub ESQ. Sehingga ramai juga yang menyerang saya dek kerana terbuai emosi cintakan ESQ.

Ulasan saya itu diambil perhatian seketika oleh pihak ESQ di ketika mereka diserang oleh JAKIM. Apabila mereka berjaya mendapat tapak sokongan melalui Mufti Perak, Menteri dan lain-lain tokoh. Ada yang melaporkan kepada saya, bahawa cadangan dan teguran saya hampir semuanya dibakul sampahkan sahaja. Malah di satu ketika, saya difahamkan pengurusan tertinggi ESQ cuba memperbaiki modul mereka dengan membuang mana-mana bahagian yang dikira boleh mendatangkan masalah sama ada berkaitan hal pokok atau cabang dalam kursus mereka, namun sebahagian penyokong kuat ESQ membantah sehingga membuat petition rasmi. Sebagai contoh mudah, mereka tidak mahu 'joget dan lagu matahari' mereka ditiadakan, dan macam-macam lagi tuntutan mereka. Pengurusan berbelah bahagi. Akhirnya lagu matahari dan joget itu dilaporkan telah diluluskan oleh seorang mufti yang kuat menyokong ESQ, katanya sesuai untuk anak muda. lalu cased is closed, no need to change. Begitu juga banyak lagi hal lain yang tidak lagi dalam ingatan saya.

Sejak dari itu, kursus ESQ sudah saya abaikan dari perhatian, khususnya apabila mereka telah menubuhkan majlis penasihat Shariah sendiri. Bagi saya, urusan semua peserta ESQ dan pengurusan ESQ di hadapan Allah sudah dipindahkan kepada bahu lima orang penasihat Shariah itu. Jika masih ada yang sesat atau menyeleweng, mereka lima orang itulah yang akan menanggungnya dahulu, diikuti oleh penggerak utama. Jika ada kebaikan, maka mereka semua jugalah bakal mendapat gandaan kebaikannya.

HANGAT SEMULA

Kini, ESQ digugat lagi oleh Mufti Wilayah Persekutuan. Saya kira mungkin ada baiknya juga, biar pihak pengurusan ESQ lebih celik mata untuk menapis kandungan ESQ dengan lebih rapi, lebih peka dan bersungguh menejlaskan mana yang masih kelabu dan ragu. Perlu ingat, bukan hanya kandungan, tetapi juga implementasi. Kandungan betul boleh sahaja disampaikan dalam bentuk yang salah dan tidak menepati hukum Islam.

Warta Mufti Wilayah itu juga mungkin boleh membuka peluang kepada pelbagai ilmuan dari pelbagai aliran untuk campur tangan, menyemak dan membetulkan apa yang sudah ada di dalam ESQ. Khususnya warta Mufti Wilayah kelihatan bukan sahaja menumpu kepada ‘Kursus ESQ' tetapi fahaman, ideologi dan pembawakan pengasas ESQ itu sendiri, iaitu Pak Ary. Ini kerana kelihatan mereka lebih banyak memberikan fakta dan data dari sumber buku tulisan pengasas tersebut berbanding hanya memberi fokus kepada kursus. Dari tinjauan saya di akhbar online hari ini dan semalam (9-10 Julai 2010), pelbagai pihak berkuasa agama mula berjanji melakukan semakan lagi terhadap ESQ. Saya kira ia boleh dilihat sebagai satu janji yang baik.

Ada yang menggaru kepala bila membaca kenyataan ini :-

"Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan pada 16 Jun lalu yang dihadiri mufti-mufti memutuskan ESQ tidak bertentangan dengan akidah dan syariat Islam serta tidak bertentangan dgn ajaran Ahli Sunnah Waljamaah. "

Lalu, mengapa Mufti Wilayah berbeza?

Tidak perlu dipelikkan, sejak dahulu pun Mufti negeri tidak semestinya sependapat dengan Majlis Fatwa Kebangsaan, lihat sahaja jawatankuasa rasmi fatwa kerajaan Negeri Selangor tahun 1993 yang dipengerusikan oleh Al-Marhum Dato' Hj Ishak baharom berkenaan ASB (buka halaman 14). Pandangannya tidak sama dengan mufti yang lain. Buka di sini :

Itu dalam isu berkaitan interpetasi hukum Fiqh Muamalat dan Usul Fiqh, khususnya Maqasid Al-Shariah. Kini isunya dalam bab Aqidah dan Falsafah, yang mana sebahagian besarnya masih lagi berkisar dalam bab intrepetasi intelektual seseorang ilmuan. Setakat pembacaan ringkas saya hasil tulisan warta itu, jelas ia masih lagi boleh dianggap sebuah intrepetasi dan persepsi. Iaitu ia menganggap Pak Ary sebagai ‘bersalah' kerana mengambil kefahaman sesat dari Rashad Khalifah sebagai contohnya. Bagi saya, ambilan itu sendiri masih boleh ditafsir kepada persepsi yang pelbagai, salah satu dari persepsi itu adalah apa yang diputuskan oleh Mufti Wilayah., namun bloleh juga ditafsirkan kepada yang lain. Dalam hal ini, saya kira, agak sukar untuk dinyatakan sama ada ia membawa kepada kesimpulan bahawa ESQ itu betul 100 % atau sesat 100 % , kerana ia masih dalam bab intrepetasi masing-masing. Kita tidak mahu ada ilmuan dituduh Ahbash hanya kerana mengambil dan menyakini satu pandangan pelik dari Syeikh Abdullah Al-Harari atau dituduh Wahabi hanya kerana menyanjung satu ijtihad ganjil Imam Ibn Taymiah.

Lalu, perbezaan tasfiran dan anggapan pasti wujud hasil dari perujukan kita terhadap tulisan seseorang. Demikian di kalangan ilmuan termasuk para mufti, malah bekas Mufti Perlis lebih banyak berbeza pandangan dengan mufti-mufti lain sejak dari dahulu lagi. Mungkin ada yang menganggap itu disebabkan mereka berlainan ‘kem' (muda dan tua). Tetapi apa yang menarik dalam isu ASB dan ESQ kali ini, mufti yang berbeza pandangan adalah dari satu ‘kem', iaitu ‘kem kaum tua' dalam kata lain BOLEH DIKATAKAN IA IBARAT Mufti Wilayah vs Mufti Perak. Keduanya dari kem yang sama, malah juga dari aliran politik yang juga sama. Walau ia kelihatan negatif, namun ia juga merupakan satu perkembangan yang baik dalam dunia intelektual. Sukar sebelum ini dijumpai atau dibenarkan berbeza pendapat di kalangan mereka. Ia sebuah petanda, perkembangan ilmu masih wujud.

PERBEZAAN PANDANGAN MUFTI

Walau mufti-mufti lain bersetuju dengan ESQ, adalah menjadi hak Mufti Wilayah dan jawatankuasa fatwanya untuk berbeza pendapat. Cuma harapan saya semasa membaca warta itu adalah, hujah-hujah di sebalik pengharaman dan penyesatan itu mestilah kukuh, tepat, jitu dari hasil kajian teori dan lapangan. Justeru, saya mengharap penemuan baru yang jitu dan tepat akan disampaikan di dalam warta rasmi fatwa itu.

Sedikit mengecewakan, apabila saya membaca warta tersebut, sebahagian besar kandungan kelihatan masih ‘outdated', sebahagiannya masih merujuk buku lama ESQ yang sudah dibatalkan atau diubah, malah adakalanya kelihatan ‘sebiji' dengan hujah yang disebar di blog esqsesat.blogspot, sebuah blog yang ‘tidak bernama, tidak berpunya atau yang berpemilik tapi agak penakut, bimbang disaman'. Sifat blog tersebut menjadikan isinya tidak berautoriti. Namun tidak dapat dinafikan sebahagian lagi hujah dalam warta tersebut dilihat kukuh, relevan dan patut diperbetulkan, namun untuk terus diharamkan? Ia terpulang kepada pertimbangan ilmu masing-masing.

Apapun, secara umum, kandungan warta rasmi Mufti tersebut perlu lebih ‘updated', saya hanya bimbang ia selepas ini akan menjatuhkan sedikit krebiliti mufti sahaja di mata masyarakat umum khusus mereka yang berpendidikan tinggi dan mampu menganalisa. Namun jika itu diyakini oleh mereka sudah mencukupi, pihak terlibat wajar memberikan perhatian dan semakan lebih mendalam.

Pihak ESQ pula, tidak boleh mendabik dada dengan sokongan ulama Indonesia dan senarai panjang mereka. Jika mereka ingin terus bertapak kukuh, mereka perlu memberi respon baik dan ilmiah kepada inti warta itu, bukan hanya sekadar menyatakan "kami ada penasihat Syariah", "kami ada senarai ulama Indonesia yang menyokong", "ulama singapura" dan sebagainya. Penasihat Syariah ESQ perlu bekerja kuat untuk menulis bahan ilmiah ini dengan bijak dan tidak hanya duduk berehat sekadar menunggu wartawan datang, membiarkan pengurusan ESQ kelam kabut menangani masalah ini.

Jika perubahan didapati perlu, perlubahan mestilah satu perubahan asas dikuti cabang-cabangnya, bukan hanya tempelan di sana sini seolah ‘menampal lubang bocor di siling parlimen' yang akhirnya tetap membahayakan. Apa yang menarik perhatian saya, saya pernah bertanya kepada seorang trainer ESQ tahun lalu,

"Adakah jika perubahan dibuat maka ia akan dibuat bagi seluruh modul ESQ atau hanya bagi modul tertentu dan di malaysia sahaja, kerana ia memasuki pasaran Malaysia?"

Saya kurang ingat jawapannya, namun ia tidak begitu positif sehingga memberikan saya kefahaman dan kesimpulan berikut :

"Modul akan diubah mengikut permintaan dan restriction tempat sasaran masing-masing. namun yang asal belum pasti tertakluk kepada pelbagai aspek lain.."

Jika demikian, saya bimbang perubahannya adalah hanya form dan bukan susbstance. Wallahu'lam.



KESIMPULAN

Apa-apa salah tapi masih boleh diperbetulkan, jangan terus diharamkan khususnya jika ia terbukti boleh membawa kebaikan. Lebih cantik jika dihantarkan surat rasmi amaran mungkin, atau dipanggil berdiskusi secara tertutup terlebih dahulu. Bukankah Islam mengarahkan musyawarah dengan kedua-dua pihak sebelum keputusan dijatuhkan. Jika semua itu telah dilakukan, maka tiada cadangan saya tadi relevan lagi.

Pihak ESQ pula, jangan hanya menghantar Pak Ary berdiskusi dengan ulama dalam hal ini. Pak Ary bukan berpendidikan rasmi bidang agama, lalu laras bahasa yang digunakan mungkin berbeza, menyukarkan perbincangan menyebabkan pak ulama tidak dapat menangkap maksud mereka. Oleh itu, pastikan bawa sekali penasihat Shariah mereka yang tahu serba serbi berkenaan ESQ secara total (teori dan praktikal serta hujah bagi semuanya), agar mereka boleh menjadi lisan ketika menerangkan kepada para ulama.

Terus terang saya katakan, ketika saya menyemak ESQ tahun lalu (iaitu pada Mei 2009), saya diberikan jawapan bertulis Pak Ary kepada JAKIM dan Majlis Fatwa (kurangpasti). Namun banyak jawapannya tidak kemas pabila dianalisa menurut piawan ‘Ulum Aqidah, Fiqh dan Usul Fiqh. Malah ia juga tidak akademik. Mungkin ia kemas dari kacamata ilmu motivasi dan falsafah tetapi ia sama sekali tidak memuaskan dari tiga perspektif ilmu di atas. Sebab itu, respon Pak Ary perlu ditransformkan oleh Penasihat Shariah ESQ sebelum diserahkan kepada JAKIM, Mufti Wilayah atau mana-mana pihak berkuasa agama.

Kemudian pada feb 2010, saya difahamkan jawapan baru selepas transformasi dan semakan oleh majlis Shariah ESQ telah dibuat, ia mengandungi jawapan rasmi terhadap dakwaan yang terdapat dalam warta Mufti Wilayah. Anda boleh baca di sini . Adapun saya tidak boleh memberikan sebarang komen ke atas dokumen itu kerana tidak punyai masa dan minat untuk menelitinya. Harapan saya ia sudah berjaya ditransformasi oleh penasihat Shariah sehingga menepati laras tiga ilmu asas tadi.

Perbezaan pandangan ulama diakui sentiasa wujud maka fahamilah ini. Jika Wilayah berkeras dengan keputusan mereka, hormatilah hak mereka dan jangan dipaksa mereka mengubah warta mereka melalui pengaruh kuasa politik atau administrasi. Ia hanya akan menghancurkan tahap independent sesebuah badan berkuasa agama di dalam Negara kita. Bukankah sudah begitu system di dalam Negara kita?, setiap negeri diketuai oleh Sultan mereka, manakala urusan agama di Wilayah & Pulau Pinang diketuai oleh YDP Agung. Sebab itu ada negeri seperti Perlis yang berpendirian sedikit berbeza dengan negeri lain, itu juga hak mereka, jangan semudahnya menyesat dan mengutuk. Begitu juga sebaliknya.

Moga pembaca tidak terus keliru dengan perkembangan itu. Saya kira, selepas ini saya mungkin tidak akan mengulas apa-apa lagi berkenaan ESQ. Cukuplah ulasan panjang lebar tahun lepas dan ulasan ringkas ini.
Sekian

Zaharuddin Abd Rahman

www.zaharuddin.net

BUFET BERBUKA SOS ALKOHOL - HARIAN METRO 13/08/2010

Bufet berbuka sos alkohol
Oleh Mohd Jamilul Anbia Md Denin


PETALING JAYA: Sos mengandungi alkohol dan arak digunakan sebagai bahan masakan juadah berbuka puasa. Itulah yang dibongkar penguat kuasa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim) berikutan operasi khas ke beberapa hotel di sekitar Lembah Klang, semalam dan kelmarin.
Menurutnya, hasil pemeriksaan itu menemui bukti kukuh arak dan sos beralkohol digunakan sebagai bahan masakan termasuk juadah berbuka puasa di dua hotel.

“Operasi itu dilakukan bagi mengotakan janji Jakim bertegas mengambil tindakan terhadap hotel yang menganjurkan promosi bufet berbuka puasa tanpa mematuhi garis panduan ditetapkan, khususnya dalam aspek halal,” katanya.

Beliau berkata, satu daripada hotel yang menggunakan bahan beralkohol sebagai resipi masakan dikesan hasil operasi terbaru dilakukan jam 11 pagi semalam di pinggir ibu negara.

Menurutnya, pemeriksaan rapi dilakukan di dapur hotel berkenaan yang dibahagikan kepada bahagian penyediaan makanan tempatan serta bahagian dapur khusus makanan Cina dan barat.

“Ketika memeriksa di dapur makanan Cina dan barat, kami menemui deretan botol arak masakan dan sos beralkohol diletakkan di rak khas. Setiap botol arak dan sos itu kandungan alkohol melebihi 10 peratus.

“Selepas disoal siasat, tukang masak di hotel berkenaan mengaku mencampurkan arak dan sos beralkohol ke dalam masakan bagi menambah perisa hidangan.

“Tindakan mencampurkan arak ke dalam masakan yang kemudian disajikan dalam hidangan bufet berbuka puasa jelas perbuatan melampau dan memperdaya pengguna Islam yang berbuka puasa di hotel berkenaan,” katanya.

Amri berkata, berikutan itu dia berjumpa pihak pengurusan hotel terbabit dan memberi amaran terhadap kesalahan dilakukan dan meminta mereka memastikan ia tidak berulang.

“Penjelasan diberikan bagi memastikan mereka mematuhi syarat terutama membabitkan makanan pelanggan beragama Islam,” katanya.

Menurutnya, pihak hotel berkenaan sebelum ini pernah memohon sijil halal Jakim, namun ia ditolak disebabkan mereka gagal mematuhi prosedur dan syarat ditetapkan.

Katanya, penguat kuasa Jakim dibahagikan lapan kumpulan membabitkan hampir 20 anggota untuk melakukan tugas pemantauan di hotel sepanjang Ramadan ini.

“Tujuan Jakim bukan saja mengambil tindakan undang-undang, malah kami cuba mendidik dan memberi maklumat tepat kepada pihak hotel berhubung kaedah bagi mendapatkan sijil halal Jakim. Maklum balas diterima menunjukkan ramai pengusaha hotel tidak faham berhubung kaedah memohon sijil halal berkenaan,” katanya.

Sebelum ini, Ketua Pengarah Jakim, Datuk Wan Mohamad Sheikh Abdul Aziz memaklumkan hanya 51 dapur restoran dan premis makanan di 22 hotel di sekitar Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur diberikan pensijilan halal Jakim.

Beliau menasihatkan pengusaha hotel yang belum memiliki sijil halal tidak menyalahgunakan mengelirukan pengguna termasuk penggunaan terma ‘Bufet Ramadan’ kerana ia menggambarkan persediaan makanan halal sedangkan hakikat sebenar belum terbukti.

Hanya 51 dapur 22 hotel miliki sijil halal JAKIM

HANYA 51 DAPUR 22 HOTEL MILIKI SIJIL HALAL JAKIM - BERITA HARIAN 11/08/2010

Oleh Nazura Ngah


KUALA LUMPUR: Hanya 51 dapur restoran dan premis makanan di 22 hotel di sekitar Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur diberikan pensijilan halal oleh Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) sehingga kelmarin.

Ketua Pengarah JAKIM, Datuk Wan Mohamad Sheikh Abdul Aziz, sehubungan itu menasihatkan umat Islam yang memilih berbuka puasa di hotel atau menganjurkan majlis berbuka puasa di hotel memilih premis yang disahkan halal oleh JAKIM atau Jabatan Agama Islam Negeri (JAIN).

Kelmarin, JAKIM menerima permohonan 10 hotel, dua daripadanya sudah diselesaikan proses dokumentasi, manakala lapan dalam proses semakan dokumen dan dijangka disegerakan proses pengauditan sebaik proses semakan dokumentasi selesai, katanya dalam satu kenyataan semalam.

Wan Mohamad menasihatkan pengusaha hotel yang belum memiliki sijil halal tidak menyalahgunakan terma yang boleh mengelirukan pengguna seperti Bufet Ramadan kerana ia menggambarkan persediaan makanan adalah halal dan boleh dikenakan tindakan oleh Kementerian Perdagangan Dalam Negeri Koperasi dan Kepenggunaan (KPDNKK) mengikut Akta Perihal Dagangan 1972.

Antara dapur yang mendapat sijil halal JAKIM adalah di hotel Ancasa Hotel, Brisdale International Hotel, Crystal Crown Hotel, Dynasty Hotel Citrus Hotel, Grand Seasons Hotel, Pan Pacific KLIA, KLI Hotel, Hotel Putra, Legend Hotel, Midah Hotel, Ming Court Hotel, Corus Hotel, Puteri Park Hotel, PNB Darby Park Executive Suites, Quality Hotel City Centre, Residence Hotel Universiti Tenaga Nasional, Seri Pacific Hotel, Hotel Maluri, The Plaza Hotel Kuala Lumpur dan Tradewinds Hotels & Resorts

Orang ramai boleh melayari web halal di www.halal.gov.my untuk menyemak restoran dan premis makanan di hotel berkenaan yang mendapat sijil pengesahan halal JAKIM.

HANYA 51 DAPUR 22 HOTEL MILIKI SIJIL HALAL JAKIM - BERITA HARIAN 11/08/2010

Senarai Hotel mempunyai sijil halal di KL/Selangor

http://www.halal.gov.my/v2/cms/content/editor/files/File/Kenyataan%20Akhbar%20Halal.pdf

Sunday, August 1, 2010

Khasiat Minyak Kelapa Dara Khasiat Minyak Kelapa Dara

1 - Melegakan pernafasan – mencairkan kahak dan membersihkan laluan pernafasan dan kerongkong

2 - Melawaskan pembuangan air besar dan kecil – menyelesaikan masalah sembelit dan kencing tidak lawas serta membuang toksn melalui najis.

3 - Meningkatkan kadar metabolisma pada seluruh sel tubuh – Minyak kelapa dara akan diserap terus sebagai komponen tenaga dalam badan – badan anda akan terasa lebih bertenaga

4 - Di dalam usus kecil dan besar ia memusnah organisma perosak, seperti virus, bakteria, kulat dan protozoa (cacing). Dengan nya penghadaman mencapai tahap maksimum.

5 - Mengurangkan keadaan mudah lapar – bila penghadaman mencapai tahap maksima tubuh mendapat lebih khasiat dan tenaga.

6 - Oleh itu berat badan terkawal – tidak perlu makan banyak dan kerap

7 - Mengurangkan kandungan lemak badan – berat badan turun mengikut kesesuaian tubuh badan seseorang.

8 - Tidak mudah mendapat jangkitan penyakit – dengan bertambah kuatnya sistem kekebalan tubuh.

9 - Mengurangkan kelekitan platelet darah – kelekitan platelet adalah faktor penyumbang kepada pembentukan plak pada saluran darah.

10- Mengurangkan risiko serangan sakit jantung dan darah tinggi – mengelakkan terbentuknya plak pada saluran darah terutama saluran yang berhubungan dengan jantung.

11- Mempercepat pengantian sel-sel mati dengan yang baru – mengembalikan keanjalan, kelembutan dan kehalusan kulit.

Kesan Jangka Panjang Pengambilan Minyak Kelapa Dara Pada Tubuh.

1 - Mengurangkan kadar kolestrol – ia sendiri tidak mengandungi kolesterol. Oleh itu ia adalah alternatif terbaik bagi minyak-minyak lain yang mengandungi kandungan kolesterol yang tinggi

2 - Mengawal kencing manis - pankrease lebih efisien mengeluarkan insulin sementara sel bekerja lebih cekap mengambil gula darah keperluannya.

3 - Mengatasi masalah penyakit degeneratif dan masalah usia umur lanjut - anti oksida semulajadi dalam minyak kelapa dara adalah penghambat pembentukan radikal bebas.

4 - Tidak meningkatkan paras kelekitan platelet dalam darah – mengatasi pembentukan plak pada pembuluh darah yang menjadi anatara faktor punca serangan jantung.

5 - Tubuh lebih tahan serangan penyakit kerana memiliki agen anti virus, anti bakteria, anti fungus dan anti protozoa.

6 - Mendapatkan kembali keanjalan, kelembutan kulit – ia mempercepat pergantian sel-sel kulit yang mati dengan sel yang baru, selain melindungi dari sinaran ultra violet.

7 - Pertumbuhan rambut lebih baik dan kelemumur akan hilang – sel rambut akan mendapat tenaga dan zat yang mencukupi untuk pertumbuhan maksima.

8 - Terhindar dari gejala alahan – minyak kelapa dara bertindak sebagai agen anti histamine.

9 - Mengelakkan risiko sakit kanser – minyak kelapa dara memusnahkan sebarang kehadiran organisma pathogen. Dengan itu sel darah putih mampu bertindak secara maksima memusnahkan sel kanser, kerana ia tidak terbeban menghadapi organisma pathogen.

10- Keadaan berdengkur akan hilang – kerana saluran pernafasan dan anak tekak akan kembali anjal dan elastik hasil kewujudan sel-sel baru padanya.

Saturday, July 31, 2010

Kopitiam seluruh negara diragui

Oleh ZAINAL AZHAR MOHAMED
pengarang@utusan.com.my

KUALA LUMPUR 24 Julai – Penyediaan makanan berasaskan daging di hampir semua kopitiam di negara ini diragui status halal setelah pengusahanya didapati mendapatkan sijil halal hanya dengan menelefon syarikat yang mengeluarkannya.

Perkara itu didedahkan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim) hasil serbuan dan siasatan berikutan aduan orang ramai.

Pengarah Hab Halal Jakim, Saimah Mukhtar berkata, siasatan pihaknya mendapati syarikat swasta yang mengeluarkan sijil halal itu tidak melakukan pemeriksaan di premis kopitiam terbabit apatah lagi di pusat penyembelihan dan status bekalan daging.

Jelas beliau, sebaliknya syarikat terbabit mengeluarkan sijil halal itu dengan hanya menemu bual pengusaha tersebut melalui telefon sahaja.

Menurutnya, justeru, semua makanan berasaskan daging yang disediakan oleh kopitiam di negara ini diragui status halal.

“Permohonan dibuat melalui telefon... pihak syarikat (halal) itu akan menyoal sama ada mereka menyediakan alkohol atau menyediakan daging babi dan beberapa soalan lain.

“Jika tiada, ia bermakna premis itu layak menerima sijil halal,” katanya ketika dihubungi Mingguan Malaysia di sini hari ini.

Akhbar hari ini mendedahkan sebuah kopitiam di Kepong yang diserbu penguat kuasa Jakim selepas dipercayai mendapatkan bekalan ayam daripada sebuah pusat penyembelihan yang tidak diiktiraf.

Saimah berkata, hampir keseluruhan kopitiam di negara ini menggunakan sijil halal dikeluarkan oleh syarikat swasta kerana lebih mudah dan cepat diperolehi.

Beliau memberitahu, sebaliknya jika dipohon daripada Jakim, ia memerlukan pemeriksaan yang menyeluruh daripada restoran sehingga ke pusat penyembelihan.

Akta halal diwujudkan

SEREMBAN 29 Julai – Pemantauan serta penguatkuasaan berhubung soal penggunaan status halal di kalangan penjual serta pengeluar makanan di negara ini akan diperkemaskan menerusi kewujudan Akta Halal yang akan dibentangkan di Parlimen, Oktober depan.

Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Seri Jamil Khir Baharom

berkata, akta baru itu telah selesai dibincang dan akan dibentangkan pada sesi Parlimen akan datang sebelum ia dikuatkuasakan.

‘‘Akta Halal ini akan dibentangkan menerusi pindaan terhadap Akta Perihal Dagangan (APD) 1972 menerusi kajian, penelitian dan hasil pembentangan yang dijalankan bersama rakan saya, Datuk Seri Ismail Sabri di Kementerian Perdagangan Dalam Negeri, Koperasi dan Kepenggunaan (KPDNKK).

‘‘Lanjutan daripada itu, kita akan mempunyai satu akta baru yang boleh berdiri secara sendiri dalam usaha memperkemas serta memantapkan penguatkuasaan dan proses perundangan bagi memantau soal halal di negara ini,” katanya.

Jamil berkata demikian kepada pemberita selepas merasmikan Seminar Warisan Nabawi 2010 di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), Nilai, di sini hari ini.

Jelasnya lagi, penguatkuasaan serta tindakan bagi memantau penggunaan status halal diyakini dapat ditingkatkan menerusi struktur perundangan yang diwujudkan di bawah akta berkenaan.

‘‘Ini bermakna, dengan wujudnya akta ini, penguatkuasaan serta pemantauan terhadap premis perniagaan serta peniaga yang terlibat dengan pengusahaan berteraskan produk halal akan dapat dimantapkan.

‘‘Untuk itu, pihak saya akan menjalinkan kerjasama erat dengan KPDNKK termasuk Kementerian Kesihatan untuk mempergiatkan usaha bagi memastikan pihak terlibat mematuhi kriteria halal,”

‘‘Bahkan, saya juga telah mengarahkan pihak Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim) untuk meneliti akta yang telah siap dibincangkan itu sebelum ia dibentangkan nanti,” ujarnya.

Dalam perkembangan berasingan, Jamil yang diminta mengulas berhubung penubuhan sekolah khas bagi menempatkan remaja hamil luar nikah memberitahu, langkah itu perlu dikaji dan dirumuskan melalui pandangan dari pelbagai pihak sebelum ia boleh dilaksanakan.

‘‘Bagi saya, kewajaran untuk menubuhkan sekolah ini tertakluk kepada rumusan yang dibuat dari kajian, penelitian dan pandangan semua pihak.

‘‘Ini kerana ada pihak yang bersetuju dan ada pihak yang tidak, maka kita perlu kumpulkan semua pandangan itu sebelum ia boleh dilaksanakan,” katanya.

Thursday, July 22, 2010

Rahsia 13 rukun dalam solat

Sebagai peringatan bagi yang dah tahu atau panduan bagi yang baru tahu……
1 – Niat Sembahyang :
Sebenarnya memeliharakan taubat kita dari dunia dan akhirat.
2 – Berdiri Betul :
Fadilatnya, ketika mati dapat meluaskan tempat kita di dalam kubur.
3 – Takbir-ratul Ihram :
Fadilatnya, sebagai pelita yang menerangi kita di dalam kubur.
4 – Fatihah :
Sebagai pakaian yang indah-indah di dalam kubur.
5 – Ruqu’ :
Sebagai tikar kita di dalam kubur.
6 – I’tidal :
Akan memberi minuman air dari telaga al-kautsar ketika didalam kubur.
7 – Sujud :
Memagar kita ketika menyeberangi titian SIRATUL-MUSTAQIM.
8 – Duduk antara 2 Sujud :
Akan menaung panji-panji nabi kita didalam kubur
9 – Duduk antara 2 Sujud (akhir) :
Menjadi kenderaan ketika kita dipadang Mahsyar.
1 0 – Tahhiyat Akhir :
Sebagai penjawab bagi soalan yang dikemukakan oleh Munkar & Nankir di dalam kubur.
11 – Selawat Nabi :
Sebagai pendinding api neraka di dalam kubur.
12 – Salam :
Memelihara kita di dalam kubur.
13 – Tertib :
Akan pertemuan kita dengan Allah S. W. T.
“Senarai di atas adalah salah satu sebab mengapa orang Yahudi /Kafir tidak sukakan angka 13 dan juga Hari Jumaat. Itulah sebab mengapa mereka mencipta cerita yang begitu seram sekali iaitu ” FRIDAY the 13th ” jika ada di kalangan kamu yang perasan.
Wallahualam.
“Sampaikanlah pesanku biarpun satu ayat…” Sebaik-baik manusia itu adalah yang menjaga tertib dalam sembahyangnya.

Pagar diri dari ganggu syaitan dan ilmu hitam (insyallah)

Pagar diri dari ilmu hitam dan syaitan
TV kita sekarang ni, semakin banyak cerita-cerita mistik dan seram terutama malam Jumaat. Pernah berbual dengan seorang ustaz pasal ni ,ustaz tersebut kata memang kita tidak boleh menafikan kewujudan benda ghaib ni tapi jangan terlalu taksub sehingga menjadi syirik kerana lebih takut kepada benda halus dari kekuasaan Allah dan iblis sentiasa menggoda manusia sehingga ke Hari Kiamat . Oleh kerana dendam, nafsu dan perasaan hasad dengki, manusia sanggup bersengkokol dengan syaitan untuk mengenakan manusia lain. Kita pun kena perlu sentiasa berhati-hati dalam tingkah laku dan perkataan supaya tidak menyakiti orang lain.
Di bawah ini di nyatakan cara cara atau amalan yang boleh di lakukan untuk memagar diri anda dari perbuatan jahat tukang sihir atau pengamal ilmu hitam.Sihir mungkin tidak mengenal siapa anda.Ia boleh menyerang anda. Ketahuilah cara memagari diri anda dari sihir dan gangguan syaitan.
Pagar Pertama (1) – Makan Tamar ‘Ajwah dan Tamar Madinah
Amalkan memakan tamar (kurma) ‘Ajwah dan jika boleh makan bersama dengan Tamar Madinah. Sekiranya anda tidak boleh mendapatkan kedua-dua jenis tamar tersebut, makanlah apa-apa jenis tamar yang ada supaya menepati sabda
Rasulullah S.A.W. yang berbunyi: “Barangsiapa yang memakan tujuh biji tamar ‘Ajwah, dia tidak akan mendapat sebarang kemudaratan racun atau sihir yang terkena pada hari itu”.(Riwayat al Bukhari.)
Pagar Kedua (2) – Berwuduk sebelum tidur
Sihir tidak akan memberi sebarang kesan terhadap seseorang muslim yang mempunyai wuduk. Setiap muslim yang berwuduk akan sentiasa dikawal ketat oleh para Malaikat sebagaimana diperintahkan oleh Allah S.W.T kepada mereka.
Sabda Rasulullah S.A.W: Ertinya: “Sucikanlah jasad-jasad ini mudah-mudahan Allah akan menyucikan kamu. Kerana sesungguhnya tiada seorang pun dari mereka yang bersuci terlebih dahulu sebelum tidur, melainkan ada bersamanya seorang Malaikat. Malaikat tersebut tidak akan pernah terlalai walaupun sedetik untuk mengucapkan doa: ‘Ya Allah!Ampunilah dosa hambaMu ini kerana dia telah tidur dalam keadaan bersuci.’(Riwayat at Tabraaniy dgn sanad yang baik.)
Pagar Ketiga (3) – Mengambil berat tentang solat berjemaah
Mengambil berat tentang solat berjemaah akan menjadikan seseorang muslim bebas serta aman dari gangguan syaitan. Bersikap sambil lewa terhadap solat berjemaah menyebabkan syaitan akan mengambil peluang untuk mendampingi
mereka. Apabila selalu berdampingan, lama kelamaan ia akan berjaya merasuk, menyihir atau melakukan kejahatan lain.
Mengikut riwayat Abu Hurairah r.a., Rasulullah S.A.W.telah bersabda:Ertinya: ‘Mana-mana kampung mahupun kawasan kawasan hulu yang tidak mendirikan solat berjemaah meskipun penduduknya cuma tiga orang, nescaya akan didampingi oleh syaitan. Oleh itu hendaklah dirikan solat berjemaah.Sesungguhnya serigala akan memakan kambing-kambing yang menyendiri dari puaknya.(Riwayat Abu Daud dengan sanad yang baik).

Pagar Keempat (4) – Mendirikan Solat Tahajjud utk memagarkan diri dari sihir
Bangunlah mengerjakan solat malam dan janganlah mempermudah-mudahkannya.Sifat mempermudah-mudahkan bangun bersolat malam boleh memberi ruang kepada syaitan untuk menguasai diri seseorang itu.Apabila syaitan telah mampu menguasai diri seseorang, maka dirinya adalah tak ubah seperti bumi yang ketandusan akibat kesan tindakbalas hasil perlakuan syaitan tersebut.
Ibnu Mas’ud r.a. telah berkata: Rasulullah S.A.W. pernah diberitahu tentang perihal seorang lelaki yang tidur hingga ke Subuh dengan tidak mengerjakan solat malam, maka Rasulullah S.A.W. pun bersabda:Ertinya: “Sesungguhnya syaitan telah kencing di dalam telinganya”(Riwayat al Bukhari dan Muslim).
Pagar Kelima (5) – Membaca doa perlindungan apabila masuk di dalam tandas
Tandas adalah tempat kotor dan merupakan rumah bagi syaitan. Oleh itu ia akan mencuba sedaya upaya menggunakan kesempatan yang ada untuk menguasai seseorang muslim setiap kali orang itu masuk ketandas. Di dalam sebuah buku
seorang mangsa sihir telah melapurkan bahawa dia pernah memasuki tandas dengan tidak membaca doa perlindungan. Seketika kemudian dia telah dirasuk oleh syaitan.
Apabila Rasulullah S.A.W mahu memasuki tandas, baginda akan membaca doa perlindungan dengan berkata: Ertinya: “Dengan nama Allah. Ya Allah!Sesungguhnya aku berlindung denganMu dari sebarang kekotoran dan gangguan syaitan”.
Riwayat al Bukhari dan Muslim. Maksudnya adalah berlindung dari gangguan syaitan-syaitan jantan atau betina.
Pagar Keenam (6) – Memagar isteri selepas selesai akad nikah
Selepas majlis akad nikah, pada malam pengantin sebelum memulakan adab-adab berpengantin yang lain, hendaklah suami meletakkan tangan kanannya di atas ubun-ubun kepala isterinya sambil berdoa:
“Ya Allah, aku memohon kepadaMu kebaikannya dan kebaikan yang telah Engkau selubungi ke atasnya,dan aku berlindung dari keburukannya dan keburukan yang telah Engkau selubungi ke atasnya. Ya Allah berkatilah isteriku ini ke atasku dan lindungilah dirinya dari segala keburukan perbuatan orang-orang yang dengki, dan perbuatan tukang sihir apabila dia telah melakukan sihir dan dan perbuatan orang-orang yang suka melakukan tipu daya.”(Riwayat Abu Daud dan menurut al Albaaniy sanadnya baik).
Pagar Ketujuh (7) – Berwuduk sebelum tidur, membaca ayat-ayat al Kursi dan berzikir kepada Allah sehingga terlelap.
Dalam satu hadis sahih telah menceritakan bahawa syaitan telah berkata kepada Abu Hurairah: “Barangsiapa yang membaca ayat-ayat al Kursi sebelum tidur,dirinya sentiasa di dalam pelihareaan Allah manakala syaitan sekali-kali tidak mampu mendekatinya sehinggalah ke waktu pagi”.

Wednesday, July 21, 2010

PANTUN SEBAGAI PELENGKAP WACANA PENGUCAPAN AWAM

Mohamad bin Musip
Munsyi Dewan dan Peminat Bahasa, Sastera, Budaya
mhm9070@yahoo.com


Kalau mencari tempat mandi,
Pertama teluk kedua pantai;
Kalau mencari pemimpin negeri,
Pertama elok kedua pandai.

Awal Bicara

Alangkah indah dan murninya pantun di atas apabila dilafazkan dalam majlis yang dihadiri oleh orang kenamaan atau pemimpin. Pantun tersebut bermaksud untuk memuji dan menghargai pemimpin yang sudi hadir dalam majlis. Pujian yang demikian, pada hemat saya, suatu pujian yang jujur. Bahkan dari sudut komunikasi, pantun tersebut merupakan suatu penghargaan, iaitu menghargai sifat “elok” (karisma) dan “pandai” (bijaksana) yang sememangnya menjadi ciri khusus bagi pemimpin, dalam apa-apa jua peringkat kepemimpinan. Demikianlah terpancarnya kebijaksanaan fikiran dan perasaan pencipta dan pelafaz pantun dalam situasi yang mengizinkan pantun diketengahkan sebagai suatu wacana pengucapan kepada khalayak.

Batas dan Kewajaran Pembicaraan

Tentang hal tersebut, pandangan Prof. Muhammad Haji Salleh dalam pengenalan buku Kurik Kundi Merah Saga (2005a) adalah cukup relevan dengan perbincangan ini. Menurut beliau, pantun hadir dalam berbagai-bagai ruang hidup masyarakat di Malaysia, yang menunjukkan bahawa bukan sahaja pantun itu penting, tetapi juga hakikat betapa masyarakat Malaysia itu ialah manusia seniman, yang peka kepada seni sastera. Bertolak daripada kenyataan ini, kertas kerja ini cuba membincangkan perihal pantun dalam wacana pengucapan awam dengan mengambil kira penggunaan pantun-pantun baharu ciptaan sendiri yang dianggap segar dan bukan klise. Perbincangan ini dirasakan amat wajar memandangkan pantun sebagai suatu wacana jarang-jarang diperkatakan dalam mana-mana buku pengucapan awam yang muktabar.

Para sarjana atau pengkaji telah memperkatakan perihal pantun dalam pelbagai sudut pandangan. Bagi kertas kerja ini, yang saya pilih hanyalah pantun ciptaan saya sendiri di bahagian pendahuluan dan penutup bagi dua bentuk teks pengucapan awam, iaitu ucapan dan pengacaraan majlis. Pada hakikatnya, struktur sesuatu bentuk teks pengucapan awam terdiri daripada tiga komponen utama, iaitu pendahuluan, badan atau isi, dan penutup. Pembicaraan saya ini demikian bentuknya atas kesedaran bahawa sebagai penulis serta penggiat bahasa, sastera, dan budaya, saya bertanggungjawab menambah himpunan puisi (khususnya pantun) untuk memperkaya khazanah kepustakaan berbahasa Melayu. Maksudnya, saya memilih prinsip untuk tidak bergantung pada pantun-pantun klasik yang sedia ada, yang memungkinkan terjadinya klise atau streotaip dalam pengucapan. Atas kewajaran ini, saya terdorong untuk mencipta pantun (dan puisi-puisi lainnya) supaya dapat dijadikan pelengkap kepada wacana pengucapan awam, terutamanya teks ucapan dan teks pengacaraan majlis yang dirujuk kepada saya sebagai penanggungjawabnya. Mudah-mudahan hasil ciptaan sendiri ini dapat dijadikan subjek kajian oleh peminat bahasa dan sastera Melayu, barangkali setelah ketiadaan saya kelak.

Pengucapan Awam sebagai Suatu Cabang Seni

Akhir-akhir ini, dalam kesempatan saya terlibat dengan aktiviti latihan pidato, saya berpeluang beberapa kali bersua muka dan mendengar kepetahan bicara jurulatih profesional pidato, Dato’ Dr. Syed Ahmad Shamsuddin Al-Saggof. Yang terkini, pada 9 April 2010, ketika menyampaikan ulasan penghakiman pertandingan akhir Pidato Integriti di Institut Integriti Malaysia, Kuala Lumpur, beliau menegaskan bahawa pengucapan awam ialah seni dalam meluahkan kata-kata dengan penuh kebijaksanaan untuk mempengaruhi khalayak. Dalam kertas ceramah kejurulatihan pidato kendaliannya yang saya hadiri, beliau menulis bahawa pidato sebenarnya seni meluahkan kebijaksanaan (ilmu dan seni berfikir) yang menggunakan seni bahasa indah dan menarik untuk menambat, memukau, menarik, dan memepengaruhi khalayak (Syed Ahmad Syed Shamsuddin Al-Saggof, 2009). Dalam pengertian umum, pengucapan awam ialah suatu interaksi atau komunikasi penghantaran mesej antara seorang pengucap dengan sekumpulan pendengar, sama ada melalui lisan, bukan lisan, atau bahasa isyarat (Maimunah Osman, 2000; Zawiyah Mohammad Yusof, 2009).

Secara verbal-linguistiknya, saya berpendapat bahawa konsep “Seni Pengucapan Awam” boleh ditanggapi sebagai bentuk pengucapan yang mencakupi aspek pilihan kata dan frasa, susunan klausa dan ayat, serta binaan perenggan dan wacana, yang disampaikan kepada khalayak dengan menitikberatkan fungsi estetik bahasa.

Yang dimaksudkan dengan “estetik” ialah nilai keindahan menerusi upaya memanipulasikan bahasa untuk menampilkan kebijaksanaan pelafaz ucapan. Kamus dewanejapro (2007) menakrifkan “estetik” sebagai keindahan atau penghargaan terhadap keindahan. Lebih khusus, “estetik” ialah keindahan dalam puisi yang berhubung dengan penyataan perasaan, pemikiran, dan gambaran melalui bahasa (Kamus Puisi, 2005b). Dalam konteks bicara ini, nilai keindahan pantunlah yang ingin saya utarakan.

Berkaitan keindahan dalam pantun, Rahman Shaari (2003) berpendapat bahawa pantun yang mencapai tingkat puisi ialah pantun yang mempunyai citra yang kedengaran harmonis, misalnya pembayangnya mengemukakan kenyataan yang logik, manakala maksudnya jelas dapat difahami pendengar atau pembaca.

Pantun sebagai Suatu Wacana Pengucapan Awam

Ahmad Badrul Sani Baharuddin menerusi buku Bijak Berbicara Mencuit Rasa (2006) mengakui bahawa pantun sesuai digunakan dalam perencanaan pengenalan pengucapan awam yang menarik. Menurutnya, pantun melambangkan suatu ciri budaya bahasa Melayu yang berasaskan sopan santun dan tutur kata yang halus. Penggunaan pantun, menurutnya lagi, adalah untuk membina kebersamaan dalam kalangan pengucap dengan khalayak menerusi luahan kata-kata yang bersahaja sebelum sesuatu mesej disampaikan. Tujuannya adalah untuk membuatkan khalayak berasa selesa dengan pengucap.

Pandangan Ahmad Badrul dapat saya hubungkaitkan dengan kajian Harun Mat Piah, seperti yang dipetik oleh Prof. Muhammad Haji Salleh (1991, dalam Kurik Kundi Merah Saga, 2005a), yang menyatakan bahawa 75% pantun Melayu ialah pantun cinta. Secara tersiratnya dapat ditafsirkan bahawa kenyataan itu menunjukkan betapa pantun dapat mendekatkan pengucap dengan khalayak, sebagaimana cinta sebagai suatu naluri insani dapat mendekatkan sesama manusia. Kenyataan ini disokong oleh pengalaman peribadi saya ketika hadir dalam pelbagai majlis rasmi. Saya dapat menyaksikan khalayak memberikan reaksi spontan yang amat positif dengan bertepuk tangan sebaik-baik sahaja pengucap selesai melafazkan pantun. Walau bagaimanapun, kesan positif tersebut bergantung juga pada cara pantun dilafazkan. Oleh hal yang demikian, amat wajarlah jika pantun dikatakan pelengkap kepada wacana pengucapan awam, sama ada dalam genre pidato, syarahan, ucapan, debat, forum, pengacaraan majlis, atau pembentangan makalah.

Pantun dalam Bahagian Pendahuluan Teks Ucapan

Menurut Ahmad Badrul Sani Baharuddin (2006), sesuatu pengenalan harus dapat menarik minat khalayak untuk terus mendengar bicara, antaranya menerusi pantun, petikan, kata-kata hikmah, jenaka, dan soalan. Saya perturunkan serangkap pantun dalam beberapa teks ucapan dan teks pengacaraan daripada peristiwa sebenar yang berlaku pada tarikh tertentu di institut ini.

1. Majlis meraikan guru-guru dari Thailand pada 27 Ogos 2007:

Asam kundang si asam pauh,
Dua pohon ditanam berselang;
Kalian bertandang darilah jauh,
Moga gembira bukan kepalang.

2. Majlis perasmian Seminar Penyelidikan Zon Selatan, 10 - 12 September 2007:

Cenderawasih terbang berkawan,
Hinggap lama di ranting berduri;
Terima kasih kepadamu tuan,
Sudi menerima undangan kami.

3. Majlis perasmian Seminar Penyelidikan Zon Selatan, 10 -12 September 2007:

Pohon jelatang pohon berangan,
Pohon tinggi di tengah belantara;
Selamat datang tetamu undangan,
Kami di sini menyambut gembira.

4. Majlis perasmian Kursus Dalam Perkhidmatan 2 Minggu Media dalam Pendidikan
Islam bagi Guru-guru Tahiland:

Berkain batik berkain pelikat,
Baba Nyonya menyambut tamu;
Kursus pendek menjadi singkat,
Tidak demikiannya dengan ilmu.

5. Majlis meraikan rombongan pelajar jurusan Bahasa Melayu dari Universiti
Antarabangsa Beijing, 26 Ogos 2007:

Pohon pauh di tepi permatang,
Pohon nangka di hujung batas;
Dari jauh tuan puan datang,
Orang Melaka menyambut ikhlas.

Pantun dalam Bahagian Pendahuluan Teks Pengacaraan

Seperti dalam teks ucapan, pantun dalam teks pengacaraan juga berfungsi untuk menimbulkan tarikan kepada khalayak. Bahkan, pada hemat saya, keperluan menyelitkan puisi tradisional khususnya pantun dalam teks pengacaraan lebih dirasakan perlu. Lima contoh teks daripada majlis yang berlainan dipaparkan di sini.

6. Majlis penutupan rasmi Kem KIA 2M, 11 September 2008:

Itik angsa memakan nangka,
Makan sekali di tempat redup;
Hari Selasa majlis dibuka,
Hari ini majlis ditutup.

7-8. Majlis perasmian Kursus Kepimpinan Politik Bahagian Ledang, 13 Mei 2006:

Pokok kacang tidak berduri,
Berdaun lekuk si pokok peria;
Selamat datang pemimpin negeri,
Hadirnya Dato’ menambah ceria.

Ladang tebu di pinggir pekan,
Kebun durian di pinggir bendang;
Sekalian tetamu sama meraikan,
Program latihan Bahagian Ledang.

9-10. Majlis Perhimpunan Bulanan dan Penangguhan Sambutan Bulan Bahasa dan
Sastera Negara peringkat IPPM, 29 September 2006:

Pohon markisa di tanah tinggi,
Ditanam juga dengan akasia;
Bulan Bahasa sempurna dirai,
Citra bangsa warga Malaysia.

Pohon rambutan ditanam sendiri,
Ditanam orang sentiasa dijaga;
Perhimpunan bulanan turut dirai,
Menyampai ucapan untuk warga.

11. Wacana Profesional Keguruan Anjuran Bersama Universiti Industri Selangor
(UNISEL) dan Jabatan Pelajaran Melaka (JPM), 25 November 2006:

Rumah gadang cantik jendela,
Pintu dikunci dengan engsel;
Selamat datang kepada semua,
Ke majlis ilmu anjuran UNISEL.

12. Majlis Mesyuarat Pembukaan Audit Dalaman Bil. 2/ 2008, 1 April 2008:

Burung tukang terbang ke hutan,
Burung serindit hinggap di titi,
Selamat datang hadirin sekalian,
Untuk mengaudit institut kami.

Pantun dalam Bahagian Penutup Teks Ucapan

Bahagian penutup sesuatu ucapan juga perlu dititikberatkan kerana bahagian ini sama pentingnya dengan bahagian pembuka ucapan, iaitu harus meninggalkan kepuasan kepada khalayak. Untuk itu, pengucap disarankan mengakhiri ucapan dengan kata-kata hikmah, peribahasa, atau pantun (Zawiyah Mohammad Yusof, 2009). Pantun-pantun 13 – 19 ialah contoh pantun yang berkaitan.

13-14. Majlis sambutan Hari Guru peringkat IPGKPM, 18 Mei 2009:

Pohon ru di hujung pekan,
Tumbuh dekat pinggir paya;
Hari Guru bersama raikan,
Dengan tekad penuh ceria.

Pokok tebu di hujung laman,
Laman berbunga nampak selesa;
Buat tetamu dan hadirin budiman,
Mari bersama membina bangsa.

15. Majlis sambutan Malam Ambang Merdeka dan Pelancaran Bulan Bahasa dan
Sastera Negara peringkat IPPM, 30 Ogos 2007:

Pokok nangka sudah terbilang,
Kuning warna isinya lembut;
Ambang merdeka kini menjelang,
Marilah kita bersama menyambut.

16-17. Majlis penutupan rasmi Kursus Pemimpin Muda Tahap Dua Kadet Pandu Puteri
KDPM Zon Selatan 2004:

Pulau Pangkor pantainya indah,
Tempat mandi segenap lapisan;
Aktiviti gerko membina sahsiah,
Sahsiah terpuji membentuk insan.


Tempat mandi segenap lapisan,
Pengunjung ceria aneka bangsa;
Sahsiah terpuji membentuk insan,
Insan mulia pendidik perkasa.

18. Majlis meraikan rombongan pelajar jurusan Bahasa Melayu dari Universiti
Antarabangsa Beijing, 26 Ogos 2007:

Pohon jering tanam di tanjung,
Sama tinggi si pohon kelapa;
Dari Beijing datang berkunjung,
Yang dicari sudahkah berjumpa?

19. Majlis perasmian pertandingan Debat Piala Munsyi Abdullah, 6 September 2007:

Beli pauh di pekan Kelian,
Mencari kuini sukar berjumpa;
Begitu jauh pulangnya kalian,
Kami di sini janganlah dilupa .

Pantun dalam Bahagian Penutup Teks Pengacaraan

20-21. Majlis perasmian pertandingan KAGUM Bahas Bahasa Melayu Zon Selatan, 24 –
27 Julai 2006:
Bunga kantan batik hiasan,
Bunga seroja penghias sarung;
Dua pasukan menguji kepetahan,
Di dalam dewan majlis bertarung.

Pohon langsat berbuah lebat ,
Ambil galah jolokkan hamba;
Begitu hangat orang berdebat,
Menang kalah adat berlumba.

22-23. Majlis Mesyuarat Pembukaan Audit Dalaman Bil. 2/ 2008, 1 April 2008:

Pokok pauh berbelas batang,
Di pinggir hutan di Tanjung Jara;
Dari jauh tuan/puan datang,
Kami raikan dengan gembira.

Pokok di taman tinggal ranting,
Rantingnya lalu jatuh ke titi;
Audit Dalaman urusan penting,
Untuk memacu jaminan kualiti.

24. Majlis Pembukaan Rasmi Kursus Kepimpinan, 13 Mei 2006:

Pekan Kota di hujung negeri,
Pekan sejajar tempat bertemu;
Majlis kita cukup berseri,
Menteri Besar menjadi tetamu.

25. Majlis Mesyuarat Penutupan Audit Dalaman Bil. 2/2007, 4 September 2007:

Indah sekali pokok bonsai,
Rimbun sekata menambah seri;
Audit kualiti sudah selesai,
Tindakan kita memperbaiki diri.

26. Wacana Profesional Keguruan Anjuran Bersama Universiti Industri Selangor
(UNISEL) dan Jabatan Pelajaran Melaka (JPM), 25 November 2006:

Tanah Rata tempatnya indah,
Hijaunya pohon saujana mata;
Majlis kita berakhirlah sudah,
Kemaafan dimohon tersilap kata.


Rumusan dan Analisis Pantun Pengucapan Awam

Menerusi kertas kerja ini, telah saya paparkan 26 rangkap pantun empat kerat yang pernah dilafazkan dalam dua bentuk pengucapan awam, iaitu ucapan dan pengacaraan majlis. Pemikiran yang dapat saya utarakan daripada pembicaraan singkat ini, antaranya ialah:

(a) pantun yang dicipta mesti mengekalkan ciri penciptaan pantun yang lazim, iaitu dari segi dua baris pembayang berlatarkan alam dan dua baris maksud pantun, pola rima tengah dan rima hujungnya “a-b-a-b”, bilangan perkataannya empat atau lima, dan bilangan suku katanya lapan hingga 12;

(b) pantun yang disisipkan dalam binaan teks pengucapan awam perlu mengambil kira wujudnya elemen pertautan (kohesif) dan pertalian (koheren);

(c) pantun perlu diucapkan mengikut nada yang sesuai dengan situasi majlis untuk memberikan kesan emotif kepada khalayak; dan

(d) teks ucapan dan teks pengacaraan (serta teks pengucapan awam lainnya) perlu didokumentasikan secara rapi untuk tujuan rujukan dan penerusan atau penambahbaikan tugas yang berkaitan.

Hasil analisis (Jadual 1 dipadamkan atas sebab teknikal) menunjukkan bahawa secara metakognitifnya, pantun-pantun telah dicipta dengan mematuhi struktur atau ciri-ciri visualnya. Pada umumnya, pembayang yang dipilih merupakan objek alam semesta. Maksud yang ingin disampaikan bergantung pada tujuan pengucapan, dengan berlatarkan situasi setempat. Lazimnya, pantun-pantun yang disediakan adalah berkaitan dengan aktiviti yang berlangsung di institut, seperti sambutan Hari Guru dan Mesyuarat Pembukaan dan Penutupan Audit Dalaman. Barangkali yang agak mencabar minda pencipta pantun mutakhir ini ialah kurangnya penekanan pada aspek perhubungan antara pembayang dengan maksud. Hal ini, menurut Dr. Rosli Saludin (2006) masih merupakan polemik yang timbul dalam kalangan pengkaji pantun. Bagi saya, pembayang dengan pola rima a-b-a-b lebih berfungsi untuk menyerlahkan unsur pertentangan bunyi, yang apabila dilafazkan dapat menimbulkan daya tarikan kepada pendengar. Demikian juga pada perimbangan bilangan perkataan dan suku kata, apabila dilafazkan, menepati temponya. Hal ini menjadikan bentuk dan ciri pantun kekal berzaman, seperti yang dinyatakan oleh Harun Mat Piah (2006), bahawa pantun ialah citra bangsa yang relevan sepanjang zaman. Menurutnya lagi, pantun Melayu dengan tema dan mesej yang cukup luas adalah sebahagian daripada wadah yang menyerlahkan jati diri bangsa Melayu. Jelasnya, pantun-pantun (dan puisi-puisi lain seperti gurindam, seloka, syair, dan perbilangan) yang ditampilkan dalam teks pengucapan awam, sebenarnya berhasrat murni untuk mendekatkan khalayak kepada budaya dan pandangan semesta (tasawur) bangsa Melayu.


Akhir Bicara

Kertas kerja ini sekadar membicarakan pantun secara kontekstual dalam ranah pengucapan awam, khususnya ucapan dan pengacaraan. Berbatas pada dua cabang pengucapan awam itu, saya telah memperlihatkan kesesuaian pantun untuk menarik minat khalayak kepada pengucapan yang disampaikan. Hasil analisis menyarankan secara bijaksana kepada kita supaya berfikir bahawa pencipta pantun perlu mendalami pengetahuan tentang struktur dan mesej pantun agar pantun yang disisipkan dalam teks pengucapan awam tampak terserlah dan memikat khalayak. Dengan yang demikian, wacana pengucapan awam akan dapat bertahan dalam ingatan jangka panjang pendengar.

Jika pantun pada awal bicara merujuk kepada kepimpinan, pantun penutup ini lebih jelas menyampaikan mesej tentang akhir kepada kehidupan kita yang fana ini.

Halia ini tanam-tanaman,
Ke barat juga akan condongnya;
Dunia ini pinjam-pinjaman,
Akhirat juga akan sudahnya.

Akhirul kalam, dititipkan pantun lapan kerat ini untuk renungan khalayak.

Kedai di pekan menjual gelama,
Menjual juga pelbagai ubat,
Ubat mujarab makan berulang,
Ketika makan berhati-hati;
Saya bukan orang ternama,
Bukan juga tergolong hebat,
Salah silap bukan dirancang,
Maaf diberikan ilmu diberkati.

Bibliografi

Ahmad Badrul Sani Baharudin (2006). Bijak Berbicara Mencuit Rasa: Panduan Seni
Berbicara Umum. Kuala Lumpur: Al-Ameen Serve Holdings.

Dewan Bahasa dan Pustaka (2005a). Kurik Kundi Merah Saga. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka.

________________________ (2005b). Kamus Puisi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka.

Harun Mat Piah (2006). “Pantun: Citra Bangsa Relevan Sepanjang Zaman”, kertas
kerja Seminar Sejuta Pantun, 26 Januari 2006, anjuran bersama Institut Kajian
Sejarah dan Patriotisme Malaysia (IKSEP) dan Dewan Bahasa dan Pustaka
Wilayah Selatan (DBPWS).

Kamus dewanejapro edisi 2007. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka dan
The Name Technology Sdn. Bhd.

Maimunah Osman (2000). Pengucapan Awam yang Berkesan. Kuala Lumpur:
Institut Tadbiran Awam Negara.

Rahman Shaari, Prof. (2003). Kertas Bengkel Menulis Puisi untuk Kursus Penulisan Puisi
Kelab Penulis Zaharah Nawawi (KEPEZI) dan pelajar-palajar MPPM, 15 Oktober
2003.

Rosli Saludin, Datuk Dr. (2006). “Bahasa dalam Pantun dan Keistimewaannya”, kertas kerja
Seminar Sejuta Pantun, 26 Januari 2006, anjuran bersama Institut Kajian
Sejarah dan Patriotisme Malaysia (IKSEP) dan Dewan Bahasa dan Pustaka
Wilayah Selatan (DBPWS).

Syed Ahmad Syed Shamsuddin Al-Saggof, Dato’ Dr. (2009). Kertas ceramah dalam Bengkel
Kejurulatihan Pidato anjuran Jabatan Bahasa Melayu dengan kerjasama Kelab Seni
Pengucapan Awam IPG Kampus Bahasa Melayu, 20 Ogos 2009.

Zawiyah Mohammad Yusof (2009). Kemahiran Komunikasi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka.

*Teks Ucapan dan Teks Pengacaraan: Folder Koleksi Peribadi Mohamad Musip.


* Dibentangkan dalam Seminar Puisi Melayu Tradisional anjuran IPG Kampus Perempuan
Melayu dengan sokongan Dewan Bahasa dan Pustaka Wilayah Selatan, pada 13 – 14
April 2010 di IPG Kampus Perempuan Melayu, Melaka